Sukses

Cegah Anak Jadi Pemerkosa, Ajarkan 6 Hal Penting Ini

Pembunuhan YY mengingatkan kita, pentingnya orangtua mengajarkan tentang kesepakatan seksual (sexual consent) pada anak laki-laki sejak dini

Liputan6.com, New York - Perkosaan seperti Pembunuhan YY, yaitu perkosaan pada anak di bawah umur, yang dilakukan oleh pelaku dengan usia tidak jauh berbeda tidak hanya terjadi di Indonesia. Seorang dosen psikologi bernama Kathryn Stamoulis, Ph.D mengungkapkan pengalamannya mengajar. Ia memaparkan rekaman suara pemerkosaan 3 siswi sekolah khusus perempuan di negara bagian Oklahoma.

Dikutip pada Kamis (12/5/2016) dari paparannya di Psychlogy Today, pria pelaku pemerkosaan dengan bangga menceritakan kisah 'kejantanan' tersebut, sementara para korban malah di-bully dan akhirnya keluar dari sekolah karenanya. 

Ketika terjadi perdebatan di antara mahasiswa, terungkaplah bahwa selama ini masyarakat berupaya mengajarkan kaum wanita tentang cara-cara agar mereka tidak menjadi korban pemerkosaan. Ironisnya, belum banyak upaya mendidik kaum pria agar tidak menjadi pelaku kekerasan seksual.

Kenyataannya, kaum prialah yang paling banyak melakukan pemerkosaan. Ketika kaum wanita menjadi korban, maka 98 persen pelakunya adalah pria. Bahkan ketika pria yang menjadi korban, sebanyak 93 persen pelakunya adalah pria lain.

Ada sejumlah pemerkosa yang memang tergolong sosiopat yang sama sekali tidak menaruh hormat pada manusia lain. Pendidikan tidak bisa menghalangi orang seperti itu untuk melecehkan atau memperkosa orang lain.

Berikut ini adalah 5 hal yang harus diketahui lelaki terkait dengan pemerkosaan yang harus diajarkan pada pria sejak dini. Jadi tak ada salahnya diajarkan segera diajarkan pada anak laki-laki Anda.

1. Pelecehan seksual dalam bentuk apapun adalah SALAH

Komentar tak diinginkan soal tubuh seseorang atau siulan nakal di tepi jalan bukanlah hal yang lucu dan bukan merupakan pujian. Hal itu dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan terancam. Hal ini telah terbukti bisa mengarah kepada kecemasan (anxiety).

Daripada ikut serta melakukan pelecehan seksual tanpa Anda sadari, pikirkanlah tentang betapa komentar kasar dan vulgar berdampak kepada perasaan seseorang.

2 dari 3 halaman

Tidak ada penolakan belum berarti iya

2. Perihal kesepakatan

Kesepakatan berarti seseorang dapat dengan bebas memilih untuk terlibat atau tidak dalam kegiatan seksual dan dapat menghentikan kegiatan itu kapanpun ketika sedang terjadi kontak seksual.

Lebih dari sekedar definisi mendasar, seks dengan orang di bawah umur adalah tindakan tidak sah dan salah. Jadi sadari batasan umur yang ada.

Juga harus disadari bahwa seseorang, berapapun umurnya, tidak dapat memberi kesepakatan jika sedang mabuk, tertidur ataupun terganggu mentalnya.

3. Tidak ada penolakan bukan berarti iya

Ketika menentukan apakah seseorang ingin melakukan seks dengan orang lain, cari jawaban yang mengiyakan. Tidak menolak bukan berarti iya. Tidak ada seorangpun dapat mendesak atau membujuk orang lain untuk melakukan hubungan seksual. Dan ini termasuk suami pada istri, atau sebaliknya.

Mendesak seseorang untuk berhubungan seksual mungkin memang belum menjadi pemerkosaan, tapi jelas tidak sopan. Yang ideal adalah melakukan seks dengan orang yang sangat ingin melakukan seks dengan kita, demikian juga sebaliknya.

4. Tidak ada seorangpun berhak menuntut seks

Sepertinya semua orang melakukan seks setiap saat, tapi ternyata tidak begitu dalam kenyataannya. Tidak ada seorangpun yang harus menuntut melakukan seks dengan orang lain, termasuk menuntut dari pasangan atau pacar.

Seseorang tidak lantas berhak "menerima" seks karena menjadi “orang ramah” atau mentraktir sewaktu kencan. Seks adalah keputusan bersama yang dibuat dua pihak secara terus menerus setiap kali akan melakukannya.

 

3 dari 3 halaman

Orang mabuk tidak bisa bilang "iya

5. Orang mabuk tidak bisa bilang "iya"

Alkohol mengaburkan keputusan dan menurunkan rasa sungkan. Alkohol juga mengganggu kejelasan komunikasi sehingga dapat mengacaukan komunikasi non-verbal atau jawaban 'tidak'.

Karenanya, berhubungan seksual dengan seseorang yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol sama halnya dengan perkosaan karena mereka tidak bisa memberi persetujuan atau penolakan.

6. Hentikan gurauan tentang perkosaan

Ada beberapa lelaki yang melecehkan wanita atau membuat guyonan pemerkosaan untuk mencari pujian dari teman-temannya. Banyak saksi memilih untuk diam saja dan bukannya menghadapi perilaku buruk itu karena merasa sulit melawan suatu kelompok.

Suatu penelitian mengungkapkan bahwa 80 persen mahasiswa merasa tidak nyaman ketika wanita diremehkan atau diperlakukan secara buruk ketika mereka hadir di sana. Tapi mereka memilih diam saja karena mereka merasa hanya mereka sendiri yang berpikir begitu. Ucapan membantu menyebarkan pesan bahwa pemerkosaan tidak bisa diterima dan dianggap remeh.