Liputan6.com, Jakarta Preeklampsia adalah suatu kondisi ketika terjadi kenaikan tekanan darah pada saat kehamilan, persalinan, atau nifas. Di Indonesia sendiri kondisi ini jadi salah satu penyebab kematian pada ibu setelah pendarahan.
Dari total kasus preeklampsia yang ada, sekitar 10-20 persen itu terjadi karena kelainan genetik. Hal itu memang diturunkan, mungkin dari ibu atau nenek, sehingga tidak bisa dihindari.
Baca Juga
"Namun kan yang 80 persen preventable, jadi sebenarnya preeklampsia bisa dicegah," tutur dokterJuliantoWitjaksono,SpOG dari RSSiloam Kebun Jeruk,Jakarta.Â
Advertisement
Baca Juga
Menurut dokter Julianto, ada beberapa faktor yang membuat kondisi tekanan darah naik. Yang paling sering itu terkait dengan kualitas antenatal. Biasanya terjadi karena kekurangan protein namun kelebihan karbohidrat. "Kurang minum susu, kurang protein. Lebih banyak makan karbohidrat. Jadi berisiko terkena prekeeklampsia," lanjut dokter Julianto.
Lalu, pada saat seorang wanita hamil mengalami hemodinamik yakni terjadi perubahan sistem aliran darah, di antaranya terjadi kenaikan volume cairan darah sekitar 30 persen, jumlah sel darah merah naik antara 10-20 persen. Lalu, ada juga perubahan-perubahan hormon. Hal tersebut bisa membuat cairan masuk ke dalam aliran darah, sehingga beban jantung bertambah.
"Kalau pembuluh darahnya bagus enggak masalah, tapi kalau enggak bagus lalu gemuk nah itu berpotensi membuat tekanan darah naik," jelas dokter Julianto saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Senin (16/5/2016).
Gejala Preeklampsia
Gejala Preeklampsia
Menurut dokter berkacamata ini, preeklampsia pada seorang ibu bisa diprediksi lewat kenaikan berat badannya. Bila ibu mengalami kenaikan berat badan hingga 4 kg dalam 3 kunjungan (setiap empat minggu) berisiko 50-70 persen akan berakhir dengan preeklampsia.
"Jika berat badannya terjadi kenaikan sekitar 2 kg per kunjungan oh good, namun jika sudah 3-4 kg dalam sebulan, itu harus diingatkan untuk memikirkan kualitas makanan. Kalau naiknya berlebihan ya kurangi karbohidrat," tutur dokter Julianto lagi.
Gejala utama pre-eklampsia menurut dokter Julianto yakni kaki bengkak. Misalnya saat berjalan sedikit, lalu kaki bengkak, namun sesudah tidur bengkak tersebut hilang menurut dokter Julianto itu merupakan gejala-gejala awal preeklampsia.
"Jika kondisinya seperti itu, dia tidak bisa mengontrol makanan, bengkaknya bisa bertambah parah," tutur dokter yang mengambil spesialis di Universitas Indonesia ini.
Lalu, gejala preeklampsia ditandai dengan terdapat protein di dalam urinenya. "Itulah sebabnya ibu hamil kontrol ke dokter ditimbang berat badan, diukur tekanan darah, dan diperiksa air kencingnya. Itu untuk mendeteksi berisiko tidaknya mengalami preeklampsia," jelas dokter Julianto lagi.
Advertisement