Liputan6.com, Los Angeles - Semasa hidupnya, petinju legendaris Muhammad Ali, didiagnosis menderita penyakit parkinson oleh tiga dokter yang berbeda. Ia juga divonis hanya bisa bertahan hidup sampai 10 tahun.
Namun, semangat hidup tak membuat Muhammad Ali kendur. Ia berusaha menunjukkan omongan para dokter itu salah selama 20 tahun. Buktinya, ia bertahan hidup hingga 32 tahun dengan penyakitnya itu.
Demikian disampaikan teman-temannya saat berkumpul di rumahnya di Kota Louisville, Kentucky, seperti dilansir Mirror.co.uk, Senin (6/6/2016). Para sahabat menceritakan bagaimana Muhammad Ali bisa tetap menjadi yang terbaik hingga akhir hayatnya.
Advertisement
"Muhammad menghadapi kemunduran fisiknya dengan sikap bermartabat," ujar Tim Shanahan, salah satu teman dekatnya. "Dia tidak pernah merasa menyesal dan tidak pernah bertanya mengapa saya? Dia menghadapi kemunduran fisiknya ini sebagai tantangan."
"Dia memberitahu saya, 'Setiap hari Allah menguji saya dan sehari-hari saya lulus tes itu," kenangnya.
Tim Shanahan menjelaskan Muhammad Ali juga mengenang saat dokter memvonis penyakitnya yang katanya hanya bertahan hidup 10 tahun. "Ya, saya masih dalam pertarungan selama 30 tahun ini. Saya akan mengguncang dunia lagi."
Tim Shanahan mengenang pertemuan pertamanya dengan pria yang memiliki nama asli Cassius Marcellus Clay Jr di Chicago pada 1976 lalu. Saat itu dirinya mengatur kegiatan amal para atlet dengan membantu membicarakan dengan anak-anak kurang mampu.
Muhammad Ali yang saat itu tinggal di kota baru saja mengukuhkan gelarnya sebagai juara kelas berat setelah mengalahkan George Foreman, dan Joe Frazier hingga membawanya ke puncak ketenaran.
Namun, saat dihubungi untuk kegiatan amal, Ali justru mengundang Tim ke rumahnya dan menghabiskan berjam-jam untuk membicarakan hal tersebut.
Ia lalu bercerita banyak tentang persoalan moral dalam hidup. Tim berkata, "Prasasti favorit Ali dalam hidup ini adalah melayani orang lain. Menurut dia, ini adalah biaya sewa yang harus kita bayar di bumi untuk mendapatkan kamar di surga."
Muhammad Ali mulai menunjukkan gejala penyakit parkinson tak lama setelah pensiun dari ring tinju pada 1981. Kondisinya sempat tidak terdiagnosis selama tiga tahun. Namun dia kerap mengalami tremor, pidatonya melantur, dan gerakan tubuhnya menjadi lambat. Kondisinya semakin memburuk ketika dia memiliki masalah lain seperti sulit tidur dan depresi.