Liputan6.com, Jakarta Dari sekian miliar penduduk dunia, ada berapa banyak orang yang bertanya-tanya mengapa seseorang bisa jatuh cinta. Aneh mungkin, tapi bila dipikirkan, mengapa ada orang yang memiliki kualifikasi khusus untuk menemukan pasangan.
Dan seperti pasangan kebanyakan, sejumlah orang memikirkan semua hal romantis bersama pasangan. Pergi ke pulau pribadi, memandang matahari terbenam bersama, atau makan malam di pinggir pantai dengan banyak bunga mawar di sekelilingnya. Namun, sayangnya, hal ini bukan patokan pasangan bisa hidup bahagia setelah menikah.
Belum lama ini filsuf Alain de Botton membahas perihal hubungan romantis dengan begitu menarik. Dia menjelaskan mengapa begitu banyak dari kita memilih pasangan romantis dan justru menemukan kesepian.
Advertisement
"Karena kita bingung antara cinta romantis dengan kompatibilitas. Dan keyakinan yang salah bila Anda pikir, orang lain akan memenuhi semua kebutuhan kita," katanya, seperti dikutip News.com.au, Rabu (8/6/2016).
Menurut Alain, jatuh cinta merupakan naluri yang dimiliki manusia. Sedangkan pernikahan melibatkan penerimaan perasaan satu sama lain. "Kita mencari (pasangan) untuk menciptakan hubungan. Jadi terlibat dalam sebuah hubungan, semua berkaitan dengan masa kecil dan bagaimana kita dibesarkan," ujarnya.
"Jika kita mendapat pengalaman cinta sejak kecil yang positif, kita akan mencari seperti apa arti sebenarnya sebuah hubungan. Namun jika pengalaman masa kecil kita kurang ideal, bisa jadi Anda selalu berusaha mengikuti arah hubungan negatif meski pasangan telah melakukan hal positif," katanya.
Setelah semua itu, kata dia, cinta romantis itulah kekuatannya. Saat hati terpikat dengan pribadi tertentu, jiwa akan berteriak, "Dialah orangnya". Namun butuh kesadaran diri, wawasan dan kemauan untuk melampaui itu dan untuk paham mengapa rasanya begitu benar.
"Orang-orang akan selalu jatuh cinta, dan ini mungkin ini cara terbaik untuk memilih pasangan. Saya tidak ingin kita kembali ke era Feodal, tapi menurut saya, pernikahan bukan hanya masalah romantisme. Lebih dari itu, ini masalah perkawinan perasaan," ujarnya.