Sukses

Penyandang Bipolar Jangan Dibilang Sakit

Penyandang gangguan bipolar (GB) memiliki kondisi perasaan atau mood yang bisa dikatakan tidak stabil.

Liputan6.com, Jakarta Penyandang gangguan bipolar (GB) memiliki kondisi perasaan atau mood yang bisa dikatakan tidak stabil. Ada kalanya mood terlalu senang dan secara mendadak berubah menjadi terpuruk.

Gangguan bipolar yang dikenal sebagai peristiwa manik depresif merupakan jenis penyakit yang dapat dikendalikan--ditandai dengan perubahan mood ekstrim, pikiran, energi, dan perilaku.

Dr. dr. Margarita M. Maramis, Sp.KJ(K), selaku Ketua Seksi Bipolar dan Gangguan Mood PDSKJI mengatakan, "Faktor risiko dari GB ini paling sering terjadi karena life events yang buruk atau traumatik sehingga gangguan jiwa dan mood lebih besar terjadi. Tak hanya itu, pasien bipolar juga bisa terjadi karena faktor herediter turunan dari orangtua atau saudara."

Dr. dr. Margarita M. Maramis, Sp.KJ(K)

Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan bipolar ini, ditambahkan Marga karena gangguan zat kimia atau neurotransmiter pada sel saraf. Penyebabnya multifaktor, bisa perubahan besar dalam hidup seperti kehilangan orang yang dicintai hingga membuatnya depresi, dan berubah menjadi bipolar.

"Apabila seseorang teridentifikasi dengan gangguan bipolar, jangan dibilang sakit. Bilang saja sedang mengalami hambatan mood atau mood (pasien GB) sedang naik turun," ujarnya dalam seminar media Gangguan Bipolar VS Fenomena Bunuh Diri di Kota Besar, Jakarta, Rabu (22/06/2016).

Pada kasus bipolar seperti ini, Marga mengingatkan untuk tidak meninggalkan pasien GB hidup tanpa dukungan karena sangat penting.

"Keluarga perlu membantu pasien GB menstabilkan pola hidupnya, dengan berobat teratur--farmakoterapi yang bekerja untuk menstabilkan mood dan non-farmakoterapi seperti psikoterapi dan psikoedukasi. Terlebih mengonsumsi obat tak boleh berhenti di tengah jalan," Marga mengingkatkan.