Liputan6.com, Jakarta Penemuan vaksin palsu cukup meresahkan masyarakat. Terlebih vaksin palsu di tahun ini ditemukan dalam jumlah yang cukup besar dari tahun sebelumnya.
Perdagangan vaksin palsu telah ditemukan sejak tahun 2014 di Aceh dan Kramat Jati, Jakarta. Kala itu menurut Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan Narkotika, Psikotropika & Zat Adiktif, Drs. T. Bahdar Johan H., Apt., M.Pharm., hanya ada satu pelaku yang ditangkap dengan jumlah vaksin palsu yang kecil.
Baca Juga
"Yang ditangkap oleh bareskrim sekarang ini dalam jumlah yang cukup besar dan pabriknya juga ketahuan," ujar Bahdar dalam konferensi pers Temuan Operasi Pangea IX di Aula Gedung C, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kamis (23/06/2016).
Advertisement
Peningkatan bisnis vaksin yang terus meningkat ini akibat pola dagang yang cukup baik dan mahal. Menurut Bahdar hal tersebut yang memicu pemain vaksin palsu terus beroperasi.
Bahdar pun mengingatkan agar masyarakat tak perlu ketakutan secara berlebihan namun harus tetap berwaspada atas beredarnya vaksin palsu ini.
"Masyarakat atau pasien tak perlu memeriksa 'Pak saya ini disuntik apa' kalau seperti itu sudah berlebihan. Serahkan itu kepada dokter, serahkan sesuatu kepada ahlinya," kata Bahdar.
Bahdar menambahkan, Badan POM telah berkoordinasi dengan pelayanan-pelayanan kesehatan untuk tetap mencari vaksin-vaksin palsu. Sebab menurutnya ada beberapa hal yang membedakan vaksin palsu dan asli.
"Vaksin yang aman dari biofarma dan sanofi, pada biofarma tutupnya abu-abu kalo bukan abu-abu ya pasti palsu. Kalau sanofi tidak dijual pada distributor atau bahasa kasarnya penjual asongan. Ini bukan telur asin, ini vaksin," ujarnya.