Liputan6.com, Jakarta Arya Permana bocah asal Karawang yang memiliki berat badan mencapai 190 kilogram ini dapat dikategorikan dalam obesitas kronis.
Normalnya anak seusia Arya ini berkesempatan untuk melakukan setumpuk aktivitas demi menyeimbangkan fisik dan mental selama masa pertumbuhan. Sayangnya, Arya tak mampu melakukan hal tersebut akibat tulangnya tak kuat menopang badan yang terlalu berat.
Kasus obesitas seperti Arya cukup memprihatinkan dan juga menjadi lampu kuning untuk para orangtua dalam menjaga pola makan anak sehari-hari. Dalam masa pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi anak harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh kembang dan aktifitas mereka.
Advertisement
Ditemui Health-Liputan6.com usai konferensi pers Milo Champ Squad, Dr Grace Judio-Kahl, MSc, MH, seorang dokter pemerhati gaya hidup mengatakan, "Orangtua itu berperan penting, jadi orangtua harus involved, orangtua harus kasih contoh. Jadi yang pegang plan itu ya harus orangtua dan anak harus jalanin."
Menurut Grace, aktivitas fisik atau berolahraga penting untuk diterapkan oleh orangtua sejak usia pertumbuhan anak, yang terhitung di usia 7 hingga 12 tahun. Terlebih budaya makan orangtua juga menjadi cara untuk menyiasati anak terhindar dari obesitas.
"Orangtua harus mendukung lingkungan agar anak itu bisa berlaku seperti apa yang orangtua inginkan. Kalau orangtuanya enggak makan sayur tapi nyuruh anaknya makan sayur ya enggak akan berhasil. Jadi orangtua harus selalu mencontohkan," tutup Grace. Kamis (14/07/2016).