Liputan6.com, Jakarta Untuk memperjelas situasi terkait vaksin palsu, PT Bio Farma menyatakan bahwa produk buatannya yang dipalsukan bukanlah vaksin melainkan serum.Â
"Terkait dengan dugaan vaksin palsu, vaksin Bio Farma tidak dipalsukan. Yang dipalsukan bukan vaksin, tapi serum," kata Corporate Secretary Bio Farma, Rahman Rustan, pada wartawan di Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/7/2016).
Baca Juga
Menurut Rustan, ada perbedaan antara vaksin dan serum. Jika vaksin diberikan pada orang sehat, bayi yang sehat (mencegah sakit). Maka serum diberikan untuk orang sakit.
Advertisement
"Serum diberikan untuk orang yang sudah sakit, belum pernah dikasih vaksin (mengobati sakit) dan tidak termasuk program imunisasi," katanya.
Rustan menyebutkan, produk serum dan diagnostik yang dipalsukan di antaranya BIOSAT (serum anti-Tetanus), BIOSAVE (serum antibisa ular), dan Tuberculin PPD. Sampel vaksin dan serum diduga palsu tersebut merupakan hasil sitaan BBPOM Bandung di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Subang.
Bareskrim Polri sebelumnya telah mengamankan serum Tuberculin PPD RT 23 SSI sebanyak 16 vial dan vaksin yang terdiri dari beberapa jenis seperti Pentabio sebanyak 59 vial, Campak Kering 52 vial, BCG 114 vial, Campak+pelarut masing-masing 4 vial, Hepatitis B 16 vial, Polio 6 vial, BOPV 3 vial, TT 2 vial, Tripacel 1 vial, dan BCG Vaccine BP 2 buah.
Bio Farma sendiri memproduksi vaksin yang digunakan oleh pemerintah untuk Program Imunisasi Nasional (PIN), yaitu Vaksin Pentabio (DPT-HB-Hib), DT, Td, TT, Hepatitis B, Campak, Polio, dan BCG. Vaksin tersebut biasanya digunakan untuk mengimunisasi balita.
Hingga kini, Bio Farma telah berkoordinasi dengan Bareskrim Mabes Polri, Kementerian Kesehatan, Badan POM dan distributor resmi. Berdasarkan penelusuran, vaksin dari Bio Farma yang beredar merupakan produk asli dan aman.
Sulit membedakan vaksin palsu
Direktur Pemasaran PT Bio Farma Mahendra Suhardono beberapa waktu lalu mengakui masyarakat awam pasti kesulitan untuk membedakan vaksin palsu dan asli. Sebab, kemasan ma upun botol sangat mirip dengan yang asli.
"Memang masyarakat tidak akan tahu, kita berharap pemerintah lewat juru imunisasinya tahu banyak tentang vaksin. Asli dan tidak sebagai konsumen harus mengandalkan tenaga kesehatan. Rumah sakit yang memberikan harus melakukan pencegahan dengan beli dari distributor resmi," ucap dia.
Menurut dia, yang dipalsukan merupakan jenis vaksin yang memiliki harga cukup mahal. Dengan adanya pemalsuan tersebut, Mahendra mengakui PT Bio Farma cukup dirugikan.
"Pengamatan saya, harganya serum lebih mahal dari pada vaksin, di atas Rp100 ribu, jauh lebih mahal dari vaksin. Yang paling rugi ya masyarakat yang harusnya dapat kekebalan imunisasi. Soal dipalsukan pasti rugi Bio Farma dari segi pendapatan," kata Mahendra.