Liputan6.com, Jakarta Salah satu dari 14 rumah sakit penerima vaksin palsu, RS dr Sander B Cikarang angkat bicara. Direktur RS dr Sander B Cikarang, dr Deasy Saraswati mengatakan pihaknya telah lama menaruh curiga pada produsen CV Azka Medical.
"Jauh sebelum kasus ini ramai, sekitar April-Mei 2016, rumah sakit mulai mencium keanehan dengan jumlah atau volume vaksin. Jika biasanya vaksin berisi 0,5 cc, namun justru hanya 0,40 cc- 0,45 cc," kata Deasy saat ditemui di Kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu (16/7/2016).
Baca Juga
Menurut Deasy, rumah sakit sama sekali tidak menaruh curiga karena harga yang ditawarkan CV Azka Medical terbilang tidak jauh berbeda dengan langganannya, PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) dan PT. Anugrah Argon Medika.
Advertisement
"Karena ada kelangkaan vaksin pada Februari-Maret 2015, kami menerima penawaran dari CV Azka Medical. Seperti halnya distributor resmi, kami melakukan semua berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP). Harganya juga bukan murah, malah mahal. Kayak Rotarix Rp320 ribu per boks padahal distributor sebelumnya hanya Rp205ribu per boks," katanya.
Karena volume vaksin yang tidak sesuai, RS dr Sander B Cikarang akhirnya melayangkan komplain ke CV Azka Medical. Hingga pada 1 Juni 2016 mereka memberikan surat keaslian vaksin.
"Walaupun sudah ada surat 100 persen asli, rumah sakit tetap curiga. Rasanya aneh, kami pun melakukan retur vaksin pada 2 juni 2016," ujarnya.
Hingga berita vaksin palsu di media massa ramai, pada 21 Juni lalu, rumah sakit kembali mengecek ketersediaan vaksin dan melakukan pemusnahan sejumlah vaksin pada 22 Juni 2016.
"Surat penghacuran vaksin palsu juga kami berikan ke Dinkes Bekasi," ujarnya.
Bagaimanapun, kata Deasy, adanya vaksin palsu ini menimbulkan keresahan dan walaupun rumah sakit menjadi korban, masyarakat adalah pihak yang dirugikan.
"Kami meminta maaf pada masyarakat," katanya.
Sebagai bentuk tanggung jawab rumah sakit, Deasy mengatakan telah mendata ulang penerima vaksin yang berjumlah 63 anak. Satu per satu orangtua juga telah dihubungi. Namun belum ada laporan keluhan sejauh ini.
"Pasien tersebut terdiri dari 35 pasien yang menggunakan Pediacel dan 28 pasien yang menggunakan PPD tuberculin," ungkapnya.
Selain itu, dalam waktu dekat, anak-anak penerima vaksin palsu yang berusia 1-2 tahun ini juga akan diberikan vaksinasi ulang secara cuma-cuma.