Liputan6.com, Jakarta Sebagian dari Anda mungkin percaya, beberapa obat yang diresepkan dokter memiliki efek samping membahayakan ginjal. Nyatanya memang benar, walaupun tidak semua obat memicu gangguan ginjal.
Seperti disampaikan pakar kimia dari Macromolecular Science and Engineering di Texas, Amerika, Linda Fugate Ph.D, ada beberapa obat yang terdaftar bila dikonsumsi jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal seperti misalnya analgesik dan antibiotik.
Baca Juga
Berikut beberapa obat yang butuh pendampingan dokter dan perlu mendapatkan perhatian, seperti dikutip Empowher, Senin (25/7/2016):
Advertisement
1. Antibiotik, termasuk ciprofloxacin, methicillin, vankomisin, sulfonamid.
2. Analgesik, termasuk acetominophen dan non-steroid anti-inflammatory (NSAID): aspirin, ibuprofen, naproxen, dan sejenisnya..
3. COX-2 inhibitor, termasuk celecoxib (nama merek Celebrex). Dua obat dalam kelas ini telah ditarik dari pasar karena toksisitas kardiovaskuler: rofecoxib (nama merek Vioxx), dan valdecoxib (nama merek Bextra). Obat ini adalah kelas khusus dari NSAID yang dikembangkan untuk lebih aman bagi lambung, tetapi memiliki risiko yang sama seperti NSAID lainnya untuk kerusakan ginjal.Â
4. Obat mulas kelas inhibitor, termasuk omeprazole (nama merek Prilosec), lansoprazole (nama merek Prevacid), pantoprazole (nama merek Protonix), rabeprazole (nama merek Rabecid, Aciphex), esomeprazole (nama merek Nexium, Esotrex).
5. Obat antivirus, termasuk asiklovir (nama merek Zovirax) digunakan untuk mengobati infeksi herpes, dan indinavir dan tenofovir, baik digunakan untuk mengobati HIV.
6. Obat tekanan darah tinggi, termasuk captopril.
7. Obat Rheumatoid arthritis, termasuk infliximab (nama merek Remicade); klorokuin dan hydroxychloroquine, yang digunakan untuk mengobati malaria dan lupus eritematosus sistemik serta rheumatoid arthritis.
8. Lithium, yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.
9. Antikonvulsan, termasuk fenitoin (nama merek Dilantin) dan trimethadione (nama merek Tridione), digunakan untuk mengobati kejang dan kondisi lainnya.
10. Obat kemoterapi, termasuk interferon, pamidronat, cisplatin, carboplatin, cyclosporine, tacrolimus, kina, mitomycin C, bevacizumab; dan obat anti-tiroid, termasuk propylthiouracil, digunakan untuk mengobati tiroid yang terlalu aktif.
Untuk obat over-the-counter (jual bebas), kata Fugate, pastikan untuk selalu membaca label kemasan, dosis serta efek samping.
"Segera beritahu dokter bila Anda mengonsumsi obat tertentu selain resep yang diberikan dokter. Karena dokter mungkin akan memeriksa apakah Anda memiliki faktor risiko untuk penyakit ginjal atau kondisi kesehatan lainnya," ujar Fugate.