Liputan6.com, Jakarta Masalah seksual seperti disfungsi ereksi, ejakulasi dini atau kesulitan mencapai klimaks lebih sering dikaitkan dengan orang yang lebih tua. Namun data dari the National Survey of Sexual Attitudes and Lifestyles menunjukkan, lebih dari sepertiga orang muda berusia 16-21 tahun yang aktif secara seksual telah mengalami masalah seks berkepanjangan di tahun lalu, seperti dikutip dari Independent, Rabu (3/8/2016).
Penelitian yang merupakan studi ilmiah terbesar menyorot gaya hidup, dan kesehatan seksual anak muda di Inggris. Ditemukan di antara orang-orang yang aktif secara seksual berusia 16-21, 34 persen pria dan 44 persen wanita mengalami satu atau lebih masalah seksual yang berlangsung setidaknya 3 bulan di tahun lalu.
Studi ini mencatat bahwa selain gejala-gejala fisik, efek emosional dan psikologis juga melekat pada disfungsi seksual sebesar 9 persen pria dan 13 persen wanita.
Advertisement
Sedangkan masalah menyedihkan yang paling umum untuk wanita meliputi kesulitan mencapai klimaks (6 persen), yang tertarik pada seks (5 persen). Di antara pria, masalah menyedihkan umum lain termasuk mencapai ejakulasi dini (5 persen) dan kesulitan mendapatkan dan mempertahankan ereksi (3 persen).
Namun meskipun merasa ada gangguan emosi, beberapa di antara mereka mencari bantuan profesional, mungkin karena stigma sosial dan kurangnya pendidikan tentang masalah seksl. Hanya 4 persen dari laki-laki dan 8 persen wanita yang mencari bantuan medis.
Penulis utama Dr Kirstin Mitchell mengatakan, "Ketika anak-anak muda ini datang mencari bantuan, perhatian profesional biasanya difokuskan pada mencegah infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak direncanakan.”
Namun, kita harus mempertimbangkan kesehatan seksual lebih jauh, karena masalah seksual dapat berdampak pada kesejahteraan orang muda dalam jangka panjang.
"Temuan kami menunjukkan bahwa masalah seksual menyedihkan tidak hanya dialami oleh orang-orang tua di Inggris, dan relatif umum terjadi pada awal masa dewasa," lanjut Mitchell.
Rekan penulis studi Profesor Kaye Wellings dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan, pendidikan seks di Inggris masih secara diam-diam, dan hanya pada isu-isu kepuasan seksual.
"Pendidikan seks bisa melakukan lebih banyak lagi untuk menghilangkan prasangka mitos tentang seks, membahas kesenangan dan mengenalkan kesetaraan gender dalam satu hubungan. Mengajarkan pentingnya komunikasi dan menghormati dalam berhubungan seks pada orang muda juga kunci untuk membantu mereka memahami dan mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi dalam kehidupan seks mereka," katanya.