Liputan6.com, Jakarta- Hubungan paling spesial antar sesama manusia adalah yang terjalin antara orang tua dan anak. Selain darah, hubungan orang tua dan anak juga sudah terbina secara alami melalui ikatan emosional antar kedua belah pihak.
Baca Juga
Ada satu hal menarik terkait hubungan anak dan orang tua yang telah menjadi sebuah stigma di seluruh belahan dunia: anak perempuan lebih dekat dengan ayah, sementara anak laki-laki cenderung lebih kepada sang ibu.
Mengapa demikian?
Meski rasa cinta harus terbagi secara adil, namun tidak dapat dipungkiri bahwa proses kedewasaan anak lebih baik apabila dirinya lebih banyak mendapatkan bimbingan dari orang tua yang berlawanan jenis.
Melansir laman Telegraph, Sabtu (6/8/2016), sebuah survei telah dilakukan guna menguak alasan di balik keterikatan yang begitu melekat antara anak perempuan dengan ayah.
Alasannya beragam namun masuk akal. Pada umumnya, perempuan memiliki hati yang jauh lebih sensitif dibandingkan pria. Ayah sebagai sosok laki-laki yang sudah dewasa dipandang lebih supel, tidak kompetitif,tidak basa basi, lebih bijak dalam memberikan saran, tempat berlindung dan sumber kenyamanan saat hati gusar, lebih seru, dan masih banyak lagi.
Adapula alasan lain yang cukup unik yaitu, sang ayah menyimbolkan sumber pendanaan. Buat perempuan yang gemar belanja, tentu sang ayah akan dianggap jauh lebih spesial lantaran kegemaran anda tidak akan bisa terpenuhi tanpa ada sosoknya di sisi anda.
Sebaliknya, anak laki-laki kebanyakan lebih mendambakan sosok ibunya. Seperti dilansir dari Live Science, anak laki-laki senang apabila dirinya dimanja dan dirawat. Ketika seorang ibu cerewet, mungkin anak perempuan akan menganggapnya risih, namun anak laki-laki justru diam-diam senang lantaran merasa dipedulikan.
Sebetulnya hampir sama persis dengan bagaimana hubungan ayah dan anak perempuan digambarkan, namun tentunya sang ayah tidak mungkin memanjakan anak lakinya sebagaimana ia telah memanjakan putrinya.
Ayah pasti ingin anak lakinya tumbuh menjadi pria jantan dan kalau bisa tidak pernah meneteskan air mata bila tidak terlalu perlu. Sang ibu di lain sisi, justru semakin tersentuh ketika anak lakinya menangis dan bergegas untuk memberikannya pelukan yang begitu erat.
Sebetulnya tidak ada salahnya dengan stigma yang sudah mendunia ini. Jika dilihat dari sisi positifnya, anak perempuan bisa belajar lebih tangguh dan bijak jika ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya.
Anak laki-laki akan lebih menghargai wanita dan bisa tumbuh menjadi pria romantis berhati lembut apabila waktunya banyak disisihkan untuk bersama dengan ibunya. Siapa tahu ini bisa menjadi alasan mulia untuk sang anak berpikir dua kali sebelum menyakiti kekasihnya suatu hari nanti?
Bagaimana menurut anda?