Liputan6.com, Jakarta Presiden Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) Murti Bunanta mengatakan bacaan anak-anak di Indonesia didominasi oleh buku terjemahan.
"Mungkin pengarang dan ilustrator sekarang pada gengsi untuk menulis buku anak-anak maka banyak didominasi buku terjemahan," kata Murti saat Festival Bercerita di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, serangan buku terjemahan terjadi pada era 1970-an, pada sekitar 1950-1960 banyak pengarang yang berbakat.
Advertisement
Dia juga menilai bacaan anak yang beredar sebaiknya meningkatkan kualitasnya, mulai dari cerita, ilustrasi hingga penjilidannya.
KPBA yang telah berusia 30 tahun terus fokus untuk meningkatkan mutu bacaan anak, mereka menggelar Festival Bercerita yang diisi dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan ilustrasi, mendongeng, membuat cerita yang lainnya.
Salah satu anggota KPBA Ida Farida mengatakan "Festival Bercerita" yang sudah dilaksanakan 14 kali ini memang berusaha melatih para penulis dan ilustrator untuk agar dapat membuat bacaan anak yang berkualitas.
"Mereka diberikan pelajaran menggambar atau bercerita apa yang baik untuk anak," kata Ida.
Dia mengatakan saat ini guru, orangtua, dan lingkungan kurang mendorong agar anak mau membaca buku.
"Sekarang sudah ada gawai, dan juga kalau di sekolah mereka hanya membaca buku pelajaran. Sebaiknya ada buku pendamping seperti buku cerita bergambar untuk merangsang anak-anak agar membaca," kata Ida.
Menurut dia, sebaiknya perpustakaan berisi buku-buku yang disukai anak-anak, tidak melulu buku pelajaran untuk merangsang si anak membaca buku.
"Jika anak sudah diajarkan untuk membaca buku sejak dini, dia juga akan belajar mengapresiasi pengarang dan juga penggambar," kata dia.