Liputan6.com, Jakarta Dengan alasan budaya dan norma, menikah muda kerap dianggap sebagai wujud kedewasaan seseorang. Seperti halnya yang terjadi pada anak pertama Ustadz Arifin Ilham, Muhammad Alvin Faiz. Di usia yang masih 17 tahun, dia dianggap dewasa karena telah resmi menikah dengan seorang perempuan cantik bernama LarissaChou.Â
Usia memang bukan ukuran kedewasaan seseorang. Namun ada fakta menarik yang menunjukkan, Indonesia ternyata memiliki ranking tinggi atau urutan ke-37 dalam persentasi pernikahan usia muda di dunia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahkan mencatat, jumlah remaja Indonesia yang sudah memiliki anak mencapai 48 dari 1000 remaja.
Sebenarnya BKKBN memiliki program Genre (Generasi Berencana) yang melibatkan remaja usia (10-24 tahun) dan belum menikah, mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah untuk mengetahui nilai-nilai moral melalui delapan fungsi keluarga meliputi fungsi agama, budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan serta ekonomi dan lingkungan.
Advertisement
Bagaimanapun, menikah muda adalah pilihan karena bisa dilatarbelakangi beberapa faktor seperti keluarga dan budaya. Meski begitu, berikut ini ada beberapa hal menarik yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan seorang remaja menikah, seperti dikutip Teenvogue, Senin (8/8/2016):
- Pernikahan butuh negosiasi
Direktur Penelitian dan Pendidikan Publik di Council on Contemporary Families, Stephanie Coontz, mengatakan, pernikahan tidak bisa dianggap sepele karena membutuhkan banyak negosiasi yang harus disikapi bijak oleh pria dan wanita. Sebab bagaimana pun, salah satunya pasti menjadi lebih dominan.Â
-Â Pendidikan harus menjadi prioritas utama
Direktur National Marriage Project di University of Virginia, Bradford Wilcox, mengatakan, pendidikan sangat penting. Sekali pun seseorang menikah di usia 30-an, menurutnya, pendidikan adalah pondasi keluarga.
- Bayangkan masa depan bersama-sama
"Salah satu kekhawatiran terbesar menikah muda adalah masalah kedewasaan," kata Wilcox. Apakah remaja ini memiliki kemampuan untuk membuat keputusan seumur hidup? Karena ketika mereka mengalami masalah, maka kesetiaan, kemapanan dan tantangan membesarkan anak-anak bersama-sama pasti menjadi pemicu keretakan hubungan.
- Risiko tinggi perceraian
Meski tidak semua mengalaminya, namun menurut sebuah studi, pasangan yang menikah muda berpotensi mengalami perceraian di usia 24 hingga 30.
-Â Dukungan dari teman dan keluarga sangat penting
Sebelum berpikir jauh, meminta dukungan dari teman atau keluarga tidak ada salahnya.
-Â Pasangan harus mendukung
"Jangan bingung membedakan nafsu dengan cinta," kata Coontz. Dalam pernikahan, pasangan harus saling mendukung dalam segala aspek.
- Pernikahan hanya langkah pertama
"Hari pernikahan tidak akan menjadi hari terbesar dalam hidup Anda," kata Coontz. Ya, menurut dia, pernikahan merupakan salah satu bagian perjalanan kehidupan yang harus dilalui. Setelahnya, Anda akan menghadapi segala hal bersama-sama tanpa ada turun tangan orangtua. Di situlah pendidikan dan karir Anda diuji untuk melengkapi kehidupan yang melengkapi hubungan, bukan kehidupan yang tergantung pada hubungan.