Sukses

Nikah Muda, Apakah Pernikahan Rentan Alami Masalah?

Orang usia muda itu kepribadiannya masih berkembang. Sehingga saat menikah muda memiliki risiko lebih tinggi masalah dalam pernikahannya.

Liputan6.com, Jakarta Pernikahan anak Ustadz Arifin Ilham bernama Muhammad Alvin Faiz sedang ramai dibicarakan orang. Pasalnya Alvin menikah di usia yang begitu muda, 17 tahun. Sementara wanita yang dinikahinya, Larissa Chou, berusia 20 tahun.

Sebelum melangsungkan pernikahan pasti Alvin sudah memiliki pertimbangan tersendiri. Sehingga ia berani menikahi wanita pilihannya di usia begitu muda.

Terlepas dari kabar pernikahan putra Ustadz Arifin Ilham, bagaimana pernikahan usia muda jika dilihat dari sudut pandang psikologi? Menurut psikolog dari Klinik Terpadu UI, Anna Surti Ariani, kepribadian orang usia muda masih dalam proses berkembang sehingga memiliki risiko lebih tinggi memiliki masalah dalam pernikahan jika memutuskan menikah muda.

"Anak-anak itu melewati masa balita, anak besar, remaja. Sementara kalau sudah di atas 18 tahun disebut usia dewasa. Pada saat usia dewasa itu tidak secepat masa-masa sebelumnya. Sehingga kalau menikah di usia dewasa, bisa ditebak kepribadiannya seperti apa sehingga tahu bagaimana menghadapi pasangannya. Tapi kalau masih muda kepribadiannya masih berkembang," tutur psikolog yang akrab disapa Nina saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Senin (8/8/2016).

Lalu, Nina juga menjelaskan tantangan bila menikah di usia muda lainnya yakni:

- Otak korteks belum sepenuhnya matang
Otak korteks matang pada saat seseorang berusia 19-20an tahun, hal ini berpengaruh pada aspek kognitif seseorang. Sehingga hal ini amat lekat kaitannya dengan konsentrasi dan kematangan berpikirnya.

Jadi kalau menikah di bawah usia 19-20an tahun sangat mungkin seseorang masih emosional dalam memutuskan sesuatu. Lalu belum rasional dalam memilih atau menentukan sesuatu. "Hal ini terjadi karena otak bagian korteks belum matang," kata Nina.

Bila hal ini dikaitkan dengan kehidupan pernikahan yang tak imun dari masalah tentu akan menimbulkan kendala tersendiri. "Untuk mengatasi masalah-masalah dalam pernikahan itu butuh kreativitas solusi, kecerdasan memutuskan. Namun pada saat-saat usia remaja itu sulit," tutur Nina.

- Emosional
Orang yang masih berusia belasan tahun umumnya cenderung lebih bersifat emosional dibandingkan rasional dalam pengambilan keputusan. Hal ini terjadi karena perkembangan otak yang memproses emosi sudah matang namun perkembangan otak yang memproses pola pikir (otak korteks) belum sempurna.

"Namun lagi-lagi kita tidak boleh menjudge dia (Alvin) belum matang ya," kata Nina menanggapi kabar pernikahan putra Ustadz Arifin Ilham.

- Sosial
Bila menikah di usia belasan tahun, masih ada kemungkinan untuk kuliah. Hal ini memperberat konsentrasi, sehingga kemungkinan terpecah. Apalagi nanti jika sudah memiliki anak makin berat lagi.

Lalu, di saat teman-temannya sedang fokus mengerjakan tugas kuliah, di saat yang sama ia harus membagi tugas dengan keluarganya. Tak tertutup kemungkinan pertemanannya pun jadi terbatas.

Â