Sukses

Tips Membesarkan Anak dengan IQ Tinggi

Membesarkan anak jenius, membutuhkan pemahaman sekaligus batasan.

Liputan6.com, Jakarta- Untuk membesarkan anak yang pintar, orang tua harus lebih fokus pada pengembangan potensinya sekaligus mematangkan apa yang ia mau dan memang bisa ia lakukan dengan baik. Bukanlah soal ambisi, orang tua harus menghindari upaya memaksakan kehendak anak untuk melakukan hal yang mungkin ia tidak sukai. 

Kecerdasan tidak tumbuh dan berkembang secara otomatis seiring usia. Otak yang jenius berasal dari pengalaman dan latihan. Ada banyak hal yang terlibat di dalamnya, mulai dari penglihatan, suara, sentuhan, rasa dan bau yang merangsang koneksi sel otak (disebut sinapsis) dan menciptakan daya pikir yang lebih luas. Semakin kompleks interkoneksi ini, maka semakin pintar anak Anda.

Membesarkan anak jenius, membutuhkan pemahaman sekaligus batasan. Berikut beberapa saran yang diberikan oleh laman Parenting, Rabu (10/8/2016).

Biarkan bermain

Ketika anak bermain, ia tidak hanya bersenang-senang, ia sedang mengembangkan otaknya. Pilih mainan yang melatih imajinasi anak Anda, atau di mana ia dapat mempelajari berbagai keterampilan darinya.

Belajar musik

Beri pelajaran musik atau belikan alat musik yang akan membantu pikiran anak Anda lebih tajam dan dapat menguntungkan otak anak Anda di kemudian hari, bahkan jika ia tidak meneruskan karirnya di musik saat dewasa nanti.

Batasi menonton TV

Upayakan sebaik mungkin menghindari televisi, paling tidak dalam waktu yang lama. Meski sebagian program televisi dirancang untuk anak-anak, tapi Anda wajib untuk melakukan seleksi secara ketat.

Matematika itu menyenangkan

Matematika adalah keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Sayangnya, beberapa orang tua cenderung untuk memberikan kesan bahwa matematika itu sulit. Hindari memberikan kesan pada anak Anda bahwa ia harus takut matematika. Sebaliknya, latih anak Anda untuk berpikir bahwa matematika itu menyenangkan.

Hindarkan stres

Jangan bebani anak, hindarkan dari stres. Hormon stres dipercaya meninggalkan luka di otak, dan mengakibatkan beberapa bagian penting untuk memori dan emosi menyusut.