Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi di Inggris menemukan, wanita yang mengonsumsi parasetamol atau acetaminophen selama kehamilan berisiko melahirkan anak-anak yang memiliki masalah perilaku.
Pada usia kehamilan 18 minggu dan 32 minggu, peneliti menemukan, anak-anak pralahir yang terpapar di kedua usia tersebut oleh obat jenis parasetamol memiliki risiko masalah perilaku, seperti hiperaktif atau gejala emosional, dibandingkan dengan anak-anak yang ibunya tidak mengambil parasetamol pada waktu tersebut, menurut penelitian ini.
Baca Juga
Dosen epidemiologi genetik dan genetika statistik di University of Bristol di Inggris, Evie Stergiakouli, mengatakan, studi ini melibatkan hampir 8.000 perempuan yang mengambil bagian dalam Avon Longitudinal Study of Parents and Children. Studi ini bertujuan untuk menemukan hubungan kedua faktor lingkungan dan genetik yang mempengaruhi kesehatan dan perkembangan masyarakat.
Advertisement
"Sebanyak 53 persen wanita dilaporkan menggunakan parasetamol pada 18 minggu kehamilan, dan 42 persen wanita dilaporkan menggunakan obat pada 32 minggu kehamilan. Setelah kehamilan, 89 persen wanita dan 84 persen dari pasangan mereka dilaporkan mengambil parasetamol," tulis peneliti, seperti dikutip Live Science, Kamis (18/7/2016).
Ketika wanita mengambil pereda nyeri pada 18 dan 32 minggu kehamilan, penggunaan tersebut dikaitkan dengan risiko 42 persen lebih besar bahwa para wanita akan memiliki anak dengan "masalah perilaku," dan risiko 31 persen lebih besar bahwa mereka wanita akan memiliki anak dengan gejala hiperaktif.
Selain itu, ketika wanita mengambil obat pada 32 minggu kehamilan, penggunaan tersebut dikaitkan dengan risiko 29 persen lebih besar bahwa para wanita akan memiliki anak dengan masalah emosional dan risiko 46 persen lebih besar memiliki risiko masalah total.
"Mekanisme untuk mengetahui bagaimana parasetamol dapat menyebabkan masalah perilaku selama kehamilan belum tertulis rinci. Namun efek intrauterin pada wanita hamil dapat melintasi plasenta dan masuk ke rahim," tulis penelitian tersebut.
Peneliti berasumsi, ada periode perkembangan selama otak lebih sensitif terhadap paparan parasetamol. Otak secara aktif tumbuh dan berkembang selama trimester ketiga kehamilan.
Studi sebelumnya membahas. bagaimana efek pada masalah perilaku pada anak-anak, termasuk genetika dan sejarah keluarga. Namun seorang sarjana pasca-doktoral epidemiologi di University of California, Los Angeles, Fielding School of Public Health, Zeyan Liew, mengatakan, penelitiannya sangat terbatas.
Meski ada bukti pengaruh parasetamol terhadap kehamilan, peneliti beranggapan, studi ini harus ditelaah lebih jauh karena obat ini kadang diperlukan untuk pereda nyeri. "Saya hanya bisa sarankan wanita hamil harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengambil parasetamol," kata Liew.