Liputan6.com, Jakarta Merebaknya makanan dan minuman mengandung formalin atau boraks cukup meresahkan masyarakat luas. Apalagi makanan dengan zat tersebut masih memiliki rasa dan tampilan yang layak.
Isu ini menjadi latar belakang ketiga siswi madrasah di Yogyakarta, membuat penemuan tisu pendeteksi zat berbahaya. Ika Nur Azizah, Selvi Hidayah, dan Ayatul Marifah siswi kelas 12 dari MAN Lab UIN berhasil memenangkan sebuah karya tulis dalam Lomba Karya Tulis ilmiah Remaja (LKTIR) bidang kimia yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (UII).
"Anak-anak saya bereksperimen untuk mendapatkan cara mudah mendeteksi bahan berbahaya pada makanan yang beredar di masyarakat. Karena masyarakat itu kan selama ini tidak tahu makanan yang mereka makan mengandung apa saja," kata Ahmad Arief Ma'ruf, M.A., M.Si, Kepala Kepustakaan MAN Lab UIN Yogyakarta, saat dihubungi Health-Liputan6.com melalui telepon, Rabu (24/8/2016).
Advertisement
Ahmad selaku pembina eksperimen tisu pendeteksi zat kimia ini, mengaku bahwa tak mudah memecahkan eksperimen ini. Sekitar tiga bulan lamanya Ahmad bersama ketiga anak didiknya untuk mendapatkan bahan yang tepat untuk mendeteksi zat berbahaya pada makanan. Berbagai literatur dipelajari dan diuji langsung oleh mereka. Dengan kegigihan yang besar akhirnya ketiga siswi menemukan bahan yang tepat.
"Berbagai literatur kami lihat dan menguji bahan-bahan yang peka terhadap asam dan basa. Akhirnya mereka menemukan kalau kubis ungu adalah bahan yang peka terhadap asam yang terlalu rendah, juga tinggi," ungkap Ahmad.
Senyawa dalam kubis ungu rupanya memiliki kepekaan yang baik untuk menunjukkan makanan yang terpapar zat berbahaya, "Tisu yang sudah dikasih senyawa kubis ungu itu kalau menyentuh makanan yang mengandung boraks akan berubah warna."
Ahmad menjelaskan, warna tisu yang tadinya ungu jika menyentuh makanan yang mengandung boraks akan berubah warna menjadi merah. Sedangkan makanan dengan kandungan formalin, tisu akan berubah warna menjadi hijau tua atau muda. Semakin tinggi kadar formalinnya, warnanya akan semakin hijau tua.
"Rencana ke depan, kalau ada dana akan kami hak patenkan. Tapi kan prosesnya tidak mudah untuk urus izin dan lainnya," tandas Ahmad.Â
Sebelumnya, pada April 2016, salah satu siswi dari tim Tisu Pendeteksi Zat Berbahaya juga telah memenangkan karya tulis lain dari penggunaan titanium oksida untuk penjernih air.