Sukses

2 Cara Ampuh Menenangkan Diri Saat Serangan Panik

Penderita serangan panik kerap merasa dirinya dalam bahaya saat kondisi tidak berdaya.

Liputan6.com, Jakarta- Serangan panik kerap membuat penderitanya kewalahan. Ini dikarenakan si penderita harus melalui belasan hingga puluhan menit larut dalam kekhawatiran berskala akut yang diperkeruh dengan adanya gejala fisik seperti, jantung berdebar kencang, nafas tersengal, mengeluarkan banyak keringat, lesu seolah tidak berdaya dan pening di kepala.

Sebagai salah satu bentuk gangguan pada psikis dan kejiwaan seseorang, serangan panik biasanya muncul sebagai perasaan teror di mana sang penderita merasa bahaya segera menyerangnya atau malapetaka akan terjadi. Meski serangan panik sebetulnya hanyalah pikiran atau gambaran fiktif yang dirancang oleh otak sang penderita, dampaknya sangat luar biasa.

Tidak sedikit jumlah penderita yang berupaya untuk melarikan diri dari pikiran negatif yang membuatnya panik itu dengan cara bunuh diri. Memang penderita serangan panik cenderung cepat putus asa lantaran pikiran sudah dikelabui dengan khayalan negatif yang terasa sangat nyata.

Namun, memang tidak ada cara mudah untuk para penderita mengatasi serangan tersebut. Seperti dimuat di situs resmi National Health Service milik pemerintah Inggris, Jumat (26/8/2016), penderita serangan panik patut mencoba menerapkan dua hal di bawah ini agar lebih kuat melewati masa kelamnya yang berlangsung selama belasan hingga puluhan menit itu.

Tarik napas sembari menghitung mundur

Menarik napas sambil menghitung mundur akan membuat anda lebih tenang. Jadi, Anda bukan menghitung satu sampai sepuluh. Hal tersebut akan secara langsung dan tidak langsung memicu peningkatan pada tingkat emosi yang Anda sedang alami pada saat itu.

Menghitung mundur dari 10 ke satu akan memberikan kesan akan redanya sesuatu yang mana sangat penting untuk memicu penurunan pada tingkat emosi Anda.

Siap tidak siap, hadapi dengan sigap!

Penderita serangan panik kerap berupaya untuk melarikan diri dari kenyataan dan tidak heran jika banyak dari mereka berujung pingsan. Mereka sudah harus mulai memberanikan diri melawan rasa ketakutan dan kecemasan luar biasa tersebut dengan cara menghadapinya.

Mereka harus belajar merasakan setiap detik kondisi tak menyenangkan tersebut. Lebih baik pingsan mengetahui bahwa sudah berusaha untuk beradaptasi dengan rasa ketakutan tersebut dibandingkan terus menerus sadar dalam mimpi buruk dan tidak juga menemukan jalan keluar lantaran selalu berniat untuk melarikan diri.

Dua hal di atas bukanlah metode pemulihan serangan panik, melainkan cara untuk meminimalisir dampak buruk yang kemungkinan besar bisa mengancam nyawa sang penderita. Selain itu, penderita akan lebih terlatih untuk menghadapinya menggunakan keberanian dari dalam dirinya.