Liputan6.com, Jakarta Brandy Young, seorang guru di Texas mengirimkan surat kepada orangtua anak muridnya yang berisi tidak akan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) pada anak muridnya.
"PR hanya akan terdiri dari pekerjaan yang anak Anda tidak selesaikan selama di kelas. Tidak akan ada pekerjaan rumah mulai sekarang," tulis Young, seperti dikutip CNN, Sabtu (27/8/2016).
Baca Juga
Setidaknya satu orangtua, Samantha Gallagher, menyukai ide ini. Samantha kemudian mem-posting surat tersebut ke halaman Facebook-nya, dan menyatakan putrinya, Brooke sangat menyukai guru barunya.
Advertisement
Pro dan kontra memberikan anak PR memang bukan hanya terjadi di Amerika. Di Indonesia, perseteruan ini juga masih dianggap perlu oleh para guru.
Padahal, sebuah studi tahun lalu yang dipublikasikan dalam American Journal of Family Therapy menemukan PR tidak bermanfaat bagi nilai anak-anak dan tidak mempengaruhi kecerdasan mereka. Malah sejumlah bukti mengungkap, hal ini akan menurunkan nilai mereka, kepercayaan diri, keterampilan sosial dan kualitas hidup mereka.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan sempat mengatakan, alangkah lebih baik bila siswa mengerjakan semua tugas di sekolah tanpa harus dibebani banyak PR.
"Soal PR, tidak ada aturannya dalam Permendikbud (Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Tidak diatur harus seberapa banyak PR-nya, tetapi nanti kita ceklah," ungkap Anies.
Ia tidak menampik bila ada guru yang terlalu kreatif memberikan banyak PR kepada muridnya. Padahal, usai pulang sekolah anak-anak seharusnya main saja karena memang tugas anak selain sekolah ya main.