Sukses

Gangguan Pola Tidur Tingkatkan Risiko Bunuh Diri

Ada tiga keterkaitan pikiran bunuh diri akibat masalah tidur.

Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru yang dilakukan oleh The University of Manchester, menemukan bahwa ada hubungan antara masalah tidur dengan pikiran untuk melakukan bunuh diri, serta perubahan perilaku pada seseorang.

Dalam penelitian yang dilakukan para peneliti dari University School of Health Sciences bersama dengan University of Oxford, mewawancarai 18 peserta tentang masalah tidur mereka terhadap kecenderungan bunuh diri, seperti yang dilansir dari Medicalnewstoday, Senin (29/8/2016).

Hasilnya, ada tiga keterkaitan pikiran bunuh diri akibat masalah tidur. Pertama, terjaga di malam hari yang meningkatkan risiko pikiran dan upaya untuk bunuh diri, karena dianggap sebagai konsekuensi kurangnya bantuan eksternal, seperti orangtua, pada saat malam hari.

Kedua, penelitian menemukan bahwa kegagalan untuk mencapai tidur malam yang baik, membuat hidup responden terasa lebih sulit. Hal ini pun menimbulkan depresi, meningkatkan pikiran negatif, sulit fokus, serta menjadi tidak aktif.

Terakhir, responden mengatakan bahwa tidur bertindak sebagai pelarian dari masalah mereka. Namun, keinginan untuk menggunakan tidur sebagai taktik menghindarkan masalah menyebabkan peningkatan tidur di siang hari membuat pola tidur terganggu. 

Pemimpin penulis studi, Donna Littlewood mengatakan bahwa penelitian tersebut memiliki implikasi bagi penyedia layanan masyarakat, seperti spesialis perawatan kesehatan dan pelayanan sosial.

"Penelitian kami menggaris bawahi pentingnya memulihkan kembali pola tidur yang kurang sehat, karena kualitas tidur yang baik dapat mengatasi kesehatan mental, pikiran untuk bunuh diri, dan masalah perilaku. Selain itu, penyediaan layanan di malam hari harus menjadi pertimbangan utama dalam strategi pencegahan bunuh diri, mengingat bahwa studi ini menunjukkan bahwa orang-orang yang terjaga di malam hari, berada pada peningkatan risiko untuk melakukannya," ujarnya.