Liputan6.com, Jakarta Untuk mencegah risiko terjadinya obesitas dan diabetes, bukan dengan cara memberhentikan asupan karbohidrat dalam diet sehari-hari. Yang perlu dilakukan adalah memilih dan membatasi karbohidrat.
Begitu disampaikan ahli gizi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Seala Septiani pada acara Cegah Diabetes dengan Diet Karbohidrat, di Mega Kuningan, Senin (29/8/2016).
Baca Juga
"Menjaga kesehatan tubuh dengan cara pintar menjadi salah satu bentuk investasi dalam segi kesehatan. Sebab kasus diabetes dan obesitas di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya--bahkan diabetes yang dikenal sebagai penyakit silent killer ini mampu merenggut nyawa," ujarnya.
Advertisement
Menurut Saela, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI menyatakan, sebanyak 57,4 persen proporsi asupan energi penduduk Indonesia masih bergantung kepada karbohidrat dalam nasi. Padahal konsumsi karbohidrat berlebih berisiko lebih tinggi terhadap obesitas dan penyakit diabetes.
Berangkat dari fenomena ini, Soyjoy melakukan survey melalui digital mobile yang dilakukan kepada 200 orang terkait dengan pola asupan karbohidrat harian. Tim menemukan, sebanyak 61 persen responden mengaku sulit untuk mengurangi karbohidrat karena takut kelaparan. Sedangkan 39 persen setuju dan berani mengurangi asupan karbohidrat hariannya.
Dari hasil survey, kampanye Cut The Carb pun akan diselenggarakan. Acara ini bertujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi satu bar camilan sehat yang terbuat sepenuhnya dari tepung kedelai dan buah-buahan asli yang kering pada dua jam sebelum makan besar. Kandungan kedelai dianggap mengandung karbohidrat rendah nan kaya serat sehingga mampu memberikan rasa kenyang lebih lama dan mengendalikan nafsu makan.
"Melihat kebiasaan makan penduduk Indonesia yang tak terlepas dari karbohidrat dalam nasi, kami mengajak masyarakat untuk berubah ke pola makan rendah karbohidrat dalam mencegah risiko diabetes dan obesitas," kata Product Manager Soyjoy, Dafina Amalina.