Liputan6.com, Jakarta Aneh. Bila dipikir, adanya musim cerai itu rasanya konyol. Namun sebuah studi baru yang dilakukan para ilmuwan dari University of Washington menemukan, puncak perceraian benar-benar ada dan sedang terjadi.
Para peneliti menunjukkan, pasangan paling banyak bercerai pada Maret dan Agustus. Tak main-main, penelitian disusun oleh Associate Sociology Professor, Julie Brines dan calon doktor, Brian Serafini. Mereka membuktikan, musim cerai banyak terjadi setelah libur musim dingin dan musim panas.
"Orang yang menikah cenderung melakukan liburan untuk melupakan kekecewaan mereka terhadap pasangan. Di massa ini terlihat adanya perbedaan, antisipasi atau kesempatan untuk awal yang baru, sesuatu yang berbeda dan bahkan transisi baru kehidupan--seperti siiklus optimisme," kata Brines, seperti dilansir Yourtango, Senin (29/8/2016).
Advertisement
Studi tersebut juga mencatat, orang-orang cenderung ragu menggugat cerai selama liburan. Namun pada Maret, pasangan cenderung memutuskan berpisah karena berpikir telah melewati Tahun Baru. Mereka mempertimbangkan keuangan, pengacara dan hal-hal yang berurusan dengan keperluan administrasi.
Sedangkan Agustus adalah waktu yang tepat untuk bercerai karena dinilai waktu yang tepat sejak anak-anak mulai kembali sekolah setelah libur musim panas.