Sukses

Inilah yang Ada di dalam Pikiran Seorang Psikopat

Psikopat umumnya dipandang sebagai seseorang tanpa hati nurani dan emosi.

Liputan6.com, Jakarta Secara harfiah, psikopat termasuk dalam golongan penyakit kelainan jiwa. Namun ada yang membedakan kondisi ini dengan gangguan jiwa lain.

Psikopat dikenal tidak memiliki hati nurani dan empati sehingga tindakannya cenderung merugikan orang lain. Tak jarang, apa yang ia lakukan mengarah ke manipulatif, tak berperasaan, impulsif dan kadang-kadang kriminal. 

Sifat anti-sosial psikopat membuat mereka terlihat seolah tak memiliki hati nurani atau pun emosi yang stabil. Namun pemikiran tersebut dibantah oleh para peneliti--ahli psikologi dan psikiater.

Mereka menemukan psikopat ternyata mampu merasakan emosi dan rasa takut layaknya orang dengan kondisi kejiwaan normal. Memang yang membedakan adalah mereka tidak kenal bahaya. Psikopat memilih untuk merespon atau menanggapi ancaman yang datang pada dirinya.

Dalam studi yang dipublikasikan pada Psychological Bulletin, peneliti dari Vrije Universiteit Amsterdam dan Radboud University Nijmegen menganalisa hubungan antara rasa takut dan psikopati pada orang dewasa.

Selama beberapa dekade, kita mungkin percaya mereka antipati. Namun emosi ketakutan ini ternyata yang membedakan psikopat dari gangguan kejiwaan lainnya.

"Psikopati adalah gangguan kepribadian yang buruk, gaya interpersonal yang menipu, dan sering impulsif, tidak bertanggung jawab serta berperilaku sembrono," kata peneliti, seperti dimuat laman berita Inggris, Dailymail, Jumat (2/9/2016). 

Melalui 'meta-analisis', para peneliti menemukan sedikit bukti untuk mendukung gagasan bahwa psikopat memiliki gangguan di otak yang mencegah kesadaran mereka mengalami ketakutan. Tapi, ilmuwan justru menemukan bahwa psikopat mengalami kesulitan mendeteksi ancaman.

Para ahli juga menemukan, kepribadian psikopat sangat menarik karena siapa pun bisa ditipu lewat interaksi singkat.

Peneliti menilai, individu psikopat mungkin menderita ancaman disfungsional, stres pascatrauma atau mungkin merasa diancam. "Hal ini kemudian membuat mereka merasa takut, " kata Inti Brazil, salah satu penulis studi tersebut.

Â