Sukses

Perjalanan Angkie Yudistia Mendobrak Keterbatasan

Sebelum bangkit percaya diri dan bisa bekerja layaknya orang biasa, Angkie Yudistia sempat alami rasa minder.

Liputan6.com, Jakarta Kini, penyandang tunarungu Angkie Yudistia merupakan sosok yang penuh percaya diri. Ibu satu anak juga sukses membuat pusat pemberdayaan ekonomi kreatif untuk disabilitas Indonesia, Thisabel Enterprise.

Namun sebelum mencapai titik ini, Angkie menjalani kehidupan berat setelah mengetahui dirinya alami tunarungu di usia 10 tahun. Rasa sedih hingga depresi sempat melingkupinya di usia belasan tahun.

"Saat remaja anak-anak yang lain sibuk main, seru-seruan, tapi aku mengalami minder, sedih banget sampai depresi. Aku dulu bertanya-tanya kenapa aku berbeda dibandingkan teman-teman lain," tutur Angkie.

Angkie beruntung di saat sedang merasa berada di bawah, wanita kelahiran 5 Mei 1987 ini memiliki keluarga yang terus mendukungnya.

"Aku bisa bangkit karena keluarga. Kebanyakan orang-orang di luar sana menyalahkan satu sama lain namun pada keluargaku support satu sama lain," tuturnya dalam peluncuran POJOK Shahnaz di Jakarta pada hari Kamis, 1 September 2016 kemarin.

Saat ia bertanya mengapa dirinya berbeda kepada sang ibu, jawaban yang diberikan ibu mampu menguatkan hatinya. Perlahan tapi pasti, Angkie menjadi sosok difabel yang percaya diri.

Ia bergaul dengan siapa saja, bersekolah di SMP-SMA biasa, dan melanjutkan kuliah hingga S2. Dalam kehidupan sosial, Angkie pun aktif tanpa pernah mengekslusifkan diri. Ia pernah mengikuti Abang None Jakarta 2008 dan menjadi finalis dari Jakarta Barat.

Kini, hari-harinya disibukkan dengan mengurus sang buah hati dan Thisable Enterprise. Khusus Thisable Enterprisei, ia bercita-cita ada satu juta karya lewat Thisable Enterprise dari kaum difabel.

"Saya ingin disabel mandiri secara finansial. Kami punya skill kok. Dan produk-produk ini dibeli bukan karena kasihan, tapi karena memang karena kualitasnya," tutur Angkie.