Liputan6.com, Jakarta Jumlah pengguna narkoba di Tanah Air kian meningkat dari tahun ke tahun. Alasan di balik ketergantungan mereka terhadap barang haram tersebut beragam. Ada yang berupaya lari dari kenyataan lantaran merasa hidup terlampau pahit untuk dilewati dengan kesadaran penuh.
Baca Juga
Ada juga sebagian dari mereka yang menganggapnya solusi untuk menggapai ketenangan atau kepercayaan diri yang maksimal. Alasan-alasan tersebut tergolong sebagai faktor yang memiliki dampak berjangka panjang. Oleh karena itu, para pengguna kerap beralih ke narkoba jenis sabu dan ganja.
Sabu diyakini membantu pengguna lari dari masalah dengan cara membuatnya lebih aktif dalam melakukan sesuatu sehingga terlupa akan masalah yang tengah menghampirinya.
Sementara ganja diyakini membantu pengguna lari dari masalah dengan cara membuatnya lebih tenang dalam melakukan sesuatu sehingga berpikir semua masalah tidak perlu diselesaikan atau maklum apabila dilupakan.
Namun, tahukah Anda bahwa ada satu jenis narkoba yang kepopulerannya tidak kalah tinggi dari sabu dan ganja? Jenis yang dimaksud adalah ekstasi, namun masyarakat umum menyebutnya "inex".
Advertisement
Berbeda dengan sabu atau ganja yang mana penggunanya menggunakan dalam jangka waktu panjang, "inex" cenderung digunakan untuk kepentingan jangka pendek, yaitu merasakan sensasi terlampau nikmat dalam tubuh melalui semua alat indera yang dimiliki manusia.
Meski hanya bersifat sesaat atau bukan jenis yang bisa atau dipilih untuk dikonsumsi pengguna setiap saat, penggunaan dalam jumlah banyak atau bahkan satu saja bisa merengut nyawa pemakainya.
Liputan6.com berkesempatan untuk mewawancarai seorang pengguna narkoba jenis ekstasi yang mengaku dirinya masih aktif memakai. Namun, ia menolak untuk identitasnya diumbar ke publik dan lebih memilih untuk disebut sebagai "budak ekstasi".
Berikut wawancara khusus dengannya.
Mengenal ekstasi
Bisa sedikit diceritakan arti dari sebutan "budak ekstasi"?
Pengguna: Kalau dulu orang menyebut Zarima si ratu ekstasi, saya justru budak dari barang ini. Saya bukan penjual, saya cuma pemakai yang terlalu akut, sampai rasanya tidak bisa merasakan senang tanpanya. Suka atau tidak, saya merasa diperbudak oleh barang ini dan masih sampai sekarang.
Kapan pertama kali coba ekstasi?
Pengguna: Pertama kali mencoba pada waktu awal kelas dua SMA. Sekitar dua bulan diperkenalkan ke narkoba jenis ganja.
Mencoba ekstasi atas kemauan sendiri atau dorongan orang lain?
Pengguna: Keduanya sih kalau boleh jujur. Saya memang kepingin coba dan kebetulan ada tawaran dari teman.
Dimana mencoba ekstasi untuk pertama kalinya?
Pengguna: di klub.
Bagaimana cara mengonsumsi ekstasi?
Pengguna: ya cukup ditelan aja seperti pil atau obat. Tapi sebetulnya bisa juga digerus lalu dikocok dalam minuman energi jadi efeknya makin terasa.
Apa yang dirasakan saat mengonsumsi ekstasi?
Pengguna: Rasanya "hacep" atau "pecah" seperti kepala kita meledak, “well…in a good way”. Lagu didengarnya jadi lebih enak di kuping, penglihatan juga jadi "siwer" hingga halusinasi, penciuman jadi lebih tajam, terus badan kita, terutama tangan dan kaki tidak bisa berhenti bergerak mengikuti dentuman irama lagu. Intinya, kepuasan maksimal kepala dan seluruh badan!
Berapa lama yang dibutuhkan untuk ekstasi bekerja dalam tubuh?
Pengguna: Tergantung jenis barang, kondisi tubuh, suasana hati dan juga jumlah yang dikonsumsi.
Cara membedakan jenis ekstasi yang enak dari yang tidak?
Pengguna: Biasanya tanya sama teman yang sudah pernah mencobanya. Nama yang digunakan untuk label ekstasi umumnya menggunakan nama brand mobil atau merek brand mahal seperti Gucci, LV, dll. Setiap ekstasi memiliki simbol di bagian atas pil sesuai nama brand-nya. Ekstasi berwarna "burik" atau yang memiliki bintik hitam biasanya paling "oke" dan efeknya "berantakan".
Jumlah yang harus dikonsumsi agar terasa nikmat menurut Anda?
Pengguna: Tergantung, kalau barangnya bagus cukup seperempat atau setengah jangan satu. Tapi kalau barangnya kurang bagus biasanya nambah.
Berapa lama lama untuk barang tersebut terasa efeknya?
Pengguna: Tergantung jenis barang, tapi umumnya 30 menit hingga sejam. Bertahannya biasanya satu butir 3 sampai 4 jam.
Berapa kisaran harga setiap butir ekstasi?
Pengguna: kira-kira sekitar Rp 350 ribu hingga Rp 450 ribu.
Suasana hati dan kondisi tubuh yang tepat untuk mengonsumsi menurut Anda?
Pengguna: Biasanya kalau mood-nya kurang baik atau kondisi badan juga sama buruknya akan terasa kurang enak atau jadi paranoid. Kalau lagi bagus jadi bersemangat dan justru semakin nikmat.
Advertisement
Diperbudak oleh ekstasi
Sudah berapa lama jadi pemakai?
Pengguna: Pemakai apa nih? Ekstasi? Sekitar 2 tahunan lah kurang lebih.
Biasa dapatkan "barang" dari mana?
Pengguna: Maaf saya tidak bisa jawab yang satu ini.
Selalu menggunakannya di tempat rekreasi malam apa ada tempat lain juga?
Pengguna: Ya biasanya klub atau menyewa ruangan kalau lagi ramai.
Jumlah terbanyak yang pernah dikonsumsi?
Pengguna: 24 butir dalam waktu 3 hari.
Pernah ada kenangan buruk?
Pengguna: Pernah hampir overdosis.
Tidak sedikit pun ada rasa trauma?
Pengguna: Ada sih, tapi terkadang "kebanting" sama rasa enaknya.
Pernahkah berurusan dengan otoritas?
Pengguna: Hampir, jangan sampai.
Bagian terburuk dari sesi pemakaian secara keseluruhan?
Pengguna: Saat "turun" atau "basian-nya". Biasanya badan lemas, nafsu makan turun drastis, susah tidur, otak enggak berfungsi kayak normal.
Apa yang dilakukan untuk mengatasi ‘basian’ tersebut?
Pengguna: "Ditiban" dengan obat tidur.
Apakah ada perasaan menyesal menjadi seorang ‘budak’ ekstasi?
Pengguna: Ya, kalau boleh mengulang waktu, saya tentunya memilih untuk tidak kenal ya, apalagi kalau tahu efeknya membuat saya kepingin terus. Selain uang cepat habis, badan juga rontok dan memang tidak terasa sekarang tapi suatu hari nanti pasti terasa efeknya pada kesehatan secara keseluruhan. Kan memang terasanya nanti.
Apakah ada kepikiran untuk berhenti?
Pengguna: Jujur saja untuk sekarang belum, tapi ya semoga suatu hari betul-betul mau dari hati.
Ada saran untuk pembaca?
Pengguna: Ya lebih baik kalau belum pernah coba, jangan. jangan harus melakukannya dulu untuk tahu efeknya atau dampak buruknya bagaimana. Lebih berpengalaman bukan berarti harus pernah terjun ke dunia ini. Untuk yang masih menggunakan sama kayak saya, ya semoga kita dalam waktu dekat bisa terlepas dari perbudakan ini.