Sukses

Ini yang Terjadi Pada Otak Saat Mengisap Ganja

Seperti alkohol, kafein, dan gula, cannabinoids juga mempengaruhi tingkat dopamin di otak kita.

Liputan6.com, Jakarta Instansi Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat mengklasifikasikan ganja sebagai Narkotika kelas I, didefinisikan sebagai yang paling berbahaya dari semua jenis Narkotika, dengan catatan tebal bahwa penggunaan medis tidak diperbolehkan karena berpotensi tinggi untuk penyalahgunaan.

Anehnya, obat-obatan terlarang lain seperti Heroin, ekstasi, dan LSD juga masuk kategori 1, tapi kokain dan sabu dianggap kurang berbahaya sehingga masuk dalam kategori II.

Dengan demikian, untuk melakukan penelitian klinis tentang ganja, Anda memerlukan lisensi dari DEA dan studi juga harus mendapatkan persetujuan FDA. Ganja mengandung dikutip dari Lifehacker, Rabu(7/9/2016) setidaknya 60 jenis cannabinoids, senyawa kimia yang bekerja pada reseptor di seluruh otak.

THC, atau Tetrahydrocannabinol adalah bahan kimia yang bertanggung jawab untuk sebagian besar efek ganja, termasuk sensasi euforia tinggi. THC dan cannabinoids menyerupai zat kimia yang secara alami diproduksi dalam otak kita, anandamide. Zat ini berperan sebagai pengatur suasana hati, tidur, memori, dan nafsu makan.

Ketika seseorang mengisap ganja, kandungan THC akan terserap ke dalam otak dan langsung menempelkan diri pada reseptor cannabinoids menjadi Endocannabinoids (EC). EC kemudian mengambil alih peran anandamide alami dalam otak, menghambatnya untuk bekerja dengan baik dan sempurna. 

Setelah itu, EC menciptakan sebuah reaksi yang mana membuat keseimbangan tubuh tidak stabil. Itu sebabnya ketika Anda sedang mabuk, tidak diperbolehkan untuk mengemudi, ikut ujian, atau berolahraga yang mengandalkan koordinasi tubuh yang sempurna. Seperti alkohol, kafein, dan gula, cannabinoids juga mempengaruhi tingkat dopamin di otak kita, sering memicu rasa relaksasi dan euforia.