Liputan6.com, Denpasar- Idealnya melakukan hubungan seksual itu dilakukan sesudah menikah dan setia pada satu pasangan. Namun faktanya dalam kehidupan nyata masih ada yang melakukan perilaku seksual berisiko.
Sedihnya lagi perilaku seksual berisiko tersebut dilakukan tanpa pengaman yakni kondom. Padahal penggunaan kondom mampu melindungi dari infeksi menular seksual dan mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan.
Mereka yang melakukan seks berisiko--misalnya yang berganti-ganti pasangan--juga sudah mengetahui tindakan tersebut namun berpikir hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan dirinya.
Advertisement
Sebenarnya pengetahuan mengenai bahaya aktivitas seksual berisiko sudah disebarkan lewat berbagai informasi. Namun para pelaku, misal pria yang sering bergonta-ganti pasangan merasa bukan dirinya yang akan terkena akibat hal itu.
"Masalahnya, banyak orang yang menganggap hal tersebut tidak akan terjadi pada dirinya. Pikiran seperti ini bukan hanya pada orang Indonesia," kata Deputy General Manager Condom Business PT DKT International, Pierre Frederick.
"Orang-orang tersebut bilang, 'Saya tahu bila gonta-ganti pasangan (tanpa pakai kondom) bisa bikin sifilis, HIV. Saya juga tahu itu bisa menghamili orang. Tapi itu bukan terjadi pada saya'. Padahal ya bisa," kata Pierre di atas kapal Dragon dalam "Fiesta Funtasy 2016" di Bali.
Dan bila pria sudah terkena penyakit menular seksual lalu melakukan hubungan intim dengan istrinya itu sama saja dengan membawa pulang penyakit ke rumah.
"Istri yang tidak tahu apa-apa, anak-anak yang tak tahu apa-apa jadi kena HIV," kata Pierre lagi.
Pola pikir seperti ini yang menurut Pierre jadi tantangan bagi perusahaan kondom agar mampu memberi pengertian pentingnya penggunaan pengaman tersebut.