Liputan6.com, Jakarta Narkoba kini hadir dalam berbagai macam bentuk. Dahulu kala, hal seperti alat suntik atau bong dianggap sebagai benda yang menyimbolkan narkoba.
Baca Juga
Advertisement
Kini apa pun yang berbentuk pil layaknya obat biasa bisa diasosiasikan dengan barang haram tersebut. Tidak bisa dipungkiri, segala sesuatu semakin mudah dilakukan seiring dengan berkembangnya zaman.
Sama halnya dengan teknologi yang bantu manusia dengan cara permudah segala upaya yang ia lakukan setiap harinya, cara pemakaian atau penggunaan narkoba pun semakin mudah.
Mungkin dulu prosesnya sulit yaitu, menggunakan alat suntik, sendok, korek dan perkakas lainnya. Di era masa kini, menggunakan narkoba tak harus melalui proses yang ribet atau pun memakan waktu.
Cukup ditelan dan sang pemakai diyakini bisa langsung merasakan nikmat barang tersebut.
Namun, betulkah semua jenis narkoba melahirkan rasa nikmat seperti apa yang dikatakan para penggunanya selama ini?
Sebelum kita bicara seputar kontroversi rasa nikmat itu, mari kita kenali dulu narkoba ‘paling mujarab bikin happy yang dikenal secara resmi dengan sebutan 'Happy Five'.
Beberapa orang lainnya menyebut 'Happy Five', 'Halima'. Konon katanya 'Happy Five' diproduksi dan digunakan pertama kali oleh orang Jepang guna membuat diri mereka lebih aktif dalam bekerja atau beraktivitas.
Selain diyakini memiliki efek layaknya ‘obat kuat’, 'Happy Five' juga tentunya dipercaya sebagai pil pembawa kebahagiaan,sesuai dengan julukan yang diberikannya.
Tentunya banyak orang pasti penasaran akan rasa narkoba jenis 'Happy Five' ini dan akan lebih mudah tergiur untuk menelannya ketika tahu bahwa salah satu efek utamanya adalah membuat sang penyantapnya merasa happy.
Jadi, kembali ke pertanyaan awal: apakah semua narkoba terasa nikmat, khususnya 'Happy Five'? Betulkah efeknya serupa dengan sabu yaitu membuat seseorang lebih giat dalam beraktivitas?
Untuk memahami rasa sekaligus efek 'Happy Five' yang sebetulnya, kita harus mendengar dari penggunanya langsung, bukan dari sumber-sumber yang hanya mengandalkan penjelasan atau opini orang lain yang terkesan resmi akan tetapi faktanya tidak pernah mencoba secara langsung barang tersebut.
Ini Kata Pemakai
Setelah berhasil mewawancarai sejumlah pengguna, pecandu dan bandar untuk sejumlah jenis narkoba seperti LSD, sabu, ganja, 'magic mushroom', ekstasi dan kokain, Liputan6.com kembali mendapatkan kesempatan untuk kesekian kalinya mewawancarai sosok paling berpengalaman di dunia obat-obatan terlarang.
Tamu dalam sesi wawancara khusus kali ini adalah seorang penggemar narkoba jenis 'Happy Five'. Dalam kesempatan ini ia berniat untuk mengungkap fakta ironis bahwa 'Happy Five' justru lebih sering membuatnya larut dalam kesedihan.
Apakah ini artinya efek narkoba tidak selalu nikmat, bahkan yang namanya berawalan dengan kata happy?
Berikut penjelasannya dari tamu kita kali ini.
Kapan pertama kali mencoba ‘Happy Five’ dan apa yang membuat Anda bisa langsung tertarik pada narkoba jenis tersebut?
Pertama kali saya mencoba ketika sedang kuliah di Malaysia. Ya, tentunya langsung tertarik bagaimana tidak? Semua orang menelannya dan hal tersebut menjadi tren. Secara tidak langsung menjadi tradisi untuk anak muda ikuti, terlepas dari baik dan buruknya.
Berapa lama Anda menjadi memakai narkoba jenis ini?
Sekitar empat sampai lima tahun, tapi on and off, jadi nggak setiap hari juga mengonsumsinya tapi ketika lagi kepingin aja dan juga ketika lagi tersedia barangnya. Jadi, memang narkoba jenis ini bukan tipe yang dibeli penggunanya secara terus-menerus tapi lebih karena beberapa kondisi seperti, supply terus juga situasi kondisi keamanan.
Apa yang Anda rasakan saat menelannya? apakah langsung terasa?
Rasanya itu berbeda-beda. Tentunya yang paling enak adalah jenis yang dinamakan 'Sakura' berasal dari Jepang. Rasanya paling manis diantara yang lainnya. Kalau yang dijual di Malaysia cukup manis dan efeknya tidak jauh beda dengan yang dikeluarkan sama Jepang. Nah, untuk Indonesia, batch-nya terkadang bagus namun bisa juga jelek.
Advertisement
Fakta ironis
Anda mengaku bahwa bukan senang sesuai dengan nama barangnya ‘Happy’, tapi justru Anda malah lebih sering murung. Boleh diceritakan lebih dalam apa yang terjadi?
Iya banyak orang penasaran sih maksud saya ini apa. Ya, mungkin ada beberapa pengguna ‘Happy Five’ atau 'Halima' yang tidak setuju dengan pendapat saya ini. Tapi kebetulan ada beberapa orang yang berpikiran sama dengan saya. Jadi, tentunya saya tidak gila dong kalau begitu. Pil ini sejak pertama kali saya telan sebetulnya tidak pernah menciptakan rasa bahagia sesuai dengan namanya.
Pil ini memang mempunyai efek nikmat namun bukan dari segi bahagia. Saat menelannya, rasanya adalah kepercayaan cukup tinggi dan juga semangat berlebihan layaknya menggunakan narkoba jenis sabu.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa efek tersebut hanya bisa dirasakan apabila pemakainya mengombinasikannya dengan minuman soda atau kopi, bukan sekedar air putih. Ini dikarenakan pil tersebut umumnya membuat sang pemakai mengantuk luar biasa dan baru segar tubuhnya di keesokan harinya.
Jadi, kalau dipikir-pikir, obat pil ini bekerja layaknya obat tidur karena menyebabkan kantuk. Namun di lain sisi ketika dikonsumsi bersamaan dengan soda atau kopi, efek yang dirasakan 180 derajat berbeda dari yang kita pikirkan awalnya.
Jadi kalau dibilang happy, tidak saya tidak happy. Saya memang jadi lebih bersemangat, merasa mau bekerja keras, disuruh jalan dari ujung ke ujung pasti mau sejauh apa pun.
Efeknya hanya bertahan selama tiga hingga empat jam sehabis itu pasti ngantuk banget. Nah, nantinya saat terbangun, entah mengapa saya selalu ingin marah terus menerus. Ya, memang itu sebagian dari efek basian-nya.
Namun, amarah jadi lebih sering terasa bahkan saat menggunakannya. Alhasil, saya juga jadi lebih sering murung lantaran merasa terlalu bekerja keras, kemudian menjadi terlampau letih dan ekspektasi kian meningkat tanpa motivasi yang jelas untuk mendukungnya.
Lama-lama saya sadar pil ini adalah narkoba yang cukup aneh buat saya. Sabu dan lainnya terasa nikmat dan memang saat efeknya mulai memudar baru terasa rasa tidak enaknya yaitu efek samping jatuh tempo.
Namun, mengapa untuk ‘Happy Five’ ini perasaan tidak nikmat bahkan dirasakan saat kita sedang menggunakannya dan belum mencapai tahap ‘basian’ atau akhir saat efeknya sudah mulai menghilang.
Bayangkan, kalau dipikir-pikir saya menghabiskan uang untuk sengaja lari dari kenyataan. Namun, menghabiskan uang tersebut untuk suatu barang yang tidak memberikan saya sedikit pun rasa kesenangan.
Bodoh ya kalau dipikir-pikir. Nah, sekarang terserah kalian generasi muda mau mencoba atau tidak. Kalau menurut saya sih rugi ya buang uang sebegitu banyaknya lalu ada potensi terjerat hukuman berat kasus narkoba. Hidup juga tidak tenang. Ya, kalau memang mau jalani hidup yang seperti itu silahkan, saya sih ogah...