Sukses

Sedikit yang Tes IVA, Dokter Lydia Bangun Klinik Ramah Wanita

Inovasi dokter Lydia Fasha membuat Klinik Ramah Wanita di Puskesmas Bumi Ayu, Kota Dumai, mengantarnya menjadi Tenaga Kesehatan Teladan.

Liputan6.com, Jakarta Inovasi dokter Lydia Fasha membuat Klinik Ramah Wanita di Puskesmas Bumi Ayu, Kota Dumai, Riau, sukses mengantarnya meraih penghargaan di tingkat nasional. Lydia terpilih menjadi salah satu tenaga kesehatan teladan (Nakes Teladan), mengalahkan 216 tenaga kesehatan lain dari Kementerian Kesehatan pada pertengahan Agustus 2016.

Inovasi yang dibuat Lydia berawal dari keheranannya melihat sedikitnya wanita yang melakukan tes Inspeksi Visual Asam (IVA). Pada 2014, pemeriksaan tes IVA di Puskesmas Bumi Ayu hanya sekitar 0,42 persen dari target. Padahal, tes ini merupakan cara paling murah dan mudah dalam mendeteksi kanker bahkan lesi prakanker serviks. 

Tak hanya tes IVA, angka tes Clinical Breast Examination (CBE) juga rendah. Padahal, pemeriksaan ini bisa mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara wanita dan kanker payudara tahap dini. 

Wanita yang bertugas sebagai Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Masyarakat di puskesmas ini pun mencoba mencari tahu penyebab rendahnya angka deteksi dini wanita tersebut.

"Ternyata sebagian besar wanita takut dan malu diperiksa. Misalnya tes IVA itu kan memeriksa bagian intim wanita," kata dokter Lydia dalam sambungan telepon kepada Liputan6.com ditulis Selasa (11/10/2016).

Berdasarkan hal inilah dokter Lydia memutar otak apa yang bisa dilakukan agar angka kunjungan tes IVA dan CBE meningkat. Tercetuslah ide membuat sebuah klinik yang ramah wanita. Akhirnya pada 2015 terwujudlah Klinik Ramah Wanita di Puskesmas Bumi Ayu.

"Kami membuat klinik ini agar nyaman bagi wanita. Sengaja dipilih letaknya di pojokan, sehingga tidak sering dilewati orang. Lalu ruangannya juga tertutup. Tenaga-tenaga yang bertugas pun terlatih. Kami juga memberi penjelasan bahwa hanya ada ibu dan petugas kesehatan saja saat pemeriksaan," jelas Lydia.

Tak hanya pemeriksaan IVA dan CBE, di Klinik Ramah Wanita juga melakukan konseling tentang kanker payudara dan serviks. Serta ada pelatihan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Selain itu ada juga terapi krioterapi, yakni metode pengobatan khusus untuk merusak sel kanker pada serviks menggunakan dry ice dan alat khusus.

Klinik Ramah Wanita di Puskesmas Bumi Ayu, Dumai. (Foto: Puskesmas Bumi Ayu)

Tak sekadar mendirikan Klinik Ramah Wanita, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara ini juga membentuk klub-klub kesehatan di setiap kelurahan. Tenaga kesehatan puskesma bekerja sama dengan kader posyandu balita, posyandu lansia, dan kader posbindu untuk menjalankan klub-klub kesehatan tersebut.

Para kader kesehatan tersebut bertugas menyampaikan informasi mengenai pemeriksaan IVA dan SADARI. Tak lupa mengenai proses yang dilakukan. Lewat klub ini pula para wanita bisa bertanya mengenai prosedur yang akan dilakukan. 

"Kehadiran klub-klub ini menjadi perpanjangan tangan kami untuk menyebarkan pentingnya pemeriksaan IVA dan SADARI. Sehingga lewat klub ini bisa berbagai pengalaman, bisa sharing pengalaman mengenai pemeriksaan IVA atau CBE bagi yang sudah melakukan. Bahwa tidak sakit, kok, dan tak perlu malu," kata dokter Lydia.

2 dari 2 halaman

Benar-benar ramah wanita

Benar-benar ramah wanita
Kehadiran Klinik Ramah Wanita dan klub-klub kesehatan mampu meningkatkan angka kedatangan wanita ke klinik ini di 2015-2016.

"Alhamdulillah ada peningkatan dari kunjungan yang datang dan periksa, yang krioterapi juga ada peningkatan," kata dokter Lydia.

Meski ada peningkatan, bukan berarti tidak tanpa halangan. Lydia menceritakan meski petugas sudah bersikap ramah dan bersahabat, masih saja ada yang takut memeriksakan diri.

Bahkan, sampai-sampai petugas berulang kali mengingatkan pasien yang harus menjalani terapi metode krioterapi.

Dokte Lydia pernah menceritakan ada seorang ibu yang harus menjalani krioterapi. Namun ada saja alasannya untuk mengundur-undur waktu. Takut jadi alasan yang sering dipaparkan banyak ibu.

"Sudah diperiksa, lalu perlu krioterapi, lalu pada kunjungan selanjutnya tidak datang, kami telepon, ternyata dia sedang datang bulan. Bulan selanjutnya kami telepon lagi, ada lagi hal lain sehingga tidak krioterapi. Hingga akhirnya ditelepon hingga empat kali baru akhirnya mau lakukan krioterapi," cerita dokter Lydia.

dokter Lydia Fasha

Lydia dan tim terus melanjutkan penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker. Ia berharap jumlah wanita yang lakukan deteksi dini di Klinik Ramah Wanita terus bertambah dan mencapai target. Hal ini tentu demi mengurangi jumlah kasus kanker dalam stadium lanjut.Â