Sukses

Begini Cara Duta KB Malang Sejahtera Ajak Ibu di Desa Ber-KB

Kebanyakan wanita dan ibu di desa enggan menggunakan kontrasepsi atau program KB akibat efek samping yang dinilai merugikan mereka.

Liputan6.com, Malang Pemahaman mengenai penggunaan kontrasepsi dan program keluarga berencana (KB) di desa rupanya masih mengalami kesenjangan. Kebanyakan wanita dan ibu di desa enggan menggunakan kontrasepsi atau program KB akibat efek samping yang dinilai merugikan mereka.

Dalam acara perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia, tim Liputan6.com berkesempatan menghadiri langsung acara tersebut yang berlokasi di dua desa di Malang, Desa Robyong dan Desa Poncokusumo. Perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia ini sudah dirayakan setiap tahun sejak 2007 oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bermitra dengan PT Bayer Indonesia.

Pada 2015 lalu, Kabupaten Sragen terpilih menjadi tuan rumah karena menduduki angka pengguna kontrasepsi dan KB tertinggi. Prestasi yang dicapai oleh kader kontrasepsi dari profesi bidan di Sragen dicontoh oleh bidan-bidan di Kota Malang, di antaranya ialah Siti Kolisah dengan pengalaman menjadi bidan 25 tahun, Wuri Andayani yang sudah 20 tahun menjadi bidan dari Tajinan, Widiani bidan asal Batu yang sudah 26 tahun menjadi bidan. Dan dua bidan bernama Yeni Sustrawati dari kota Malang dan Siti Ruqoiyah yang sudah 21 tahun menjadi bidan di Puskesmas Sitiarjo, Sumber Majing Wetan, ikut menjadi duta KB.

Kelima bidan yang terpilih menjadi Duta Keluarga Berencana (KB) Malang Sejahtera ini mengaku bahwa sebelum menjadi Duta Kontrasepsi, mereka sudah memberikan edukasi dan pengetahuan program KB secara mandiri. Sayangnya para ibu di desa masih merasa ragu dan berat hati untuk menggunakan kontrasepsi atau menjalankan program KB.

"Selama ini masyarakat ingin ber-KB tapi kurang memahami bagaimana memilih KB yang cocok untuk mereka," ujar Siti Kolisah, Selasa (27/9/2016).

Sebagai seorang bidan yang berbakti kepada masyarakat, kelima bidan ini mengaku rela meluangkan waktu mereka lebih banyak di luar rumah untuk memberikan penyuluhan dan edukasi terkait KB dengan cara door to door atau dari rumah ke rumah. Cara ini efektif untuk mengajak ibu atau pasangan yang ogah menggunakan KB.

"Kebanyakan dari ibu tidak mau pakai KB karena takut sama efek samping seperti haid tidak teratur, kegemukan, dan mengganggu hubungan suami-istri," ucap Wuri Andayani.

"Sugesti-sugesti di masyarakat awam yang katanya katanya itu masih kentel," tambah Wuri.

Selain mendatangi langsung rumah-rumah penduduk di masing-masing wilayahnya, lima duta KB juga 15 duta KB lainnya yang tersebar di beberapa kecamatan di Malang turut mengadakan edukasi dan sosialisasi terjadwal setiap bulannya.

"Selain itu event-event yang sudah ada kayak sanggar senam ibu-ibu, kelompok ibu-ibu PKK, atau di karang taruna atau pertemuan kader kesehatan juga kita isi dengan edukasi dan penyuluhan KB. Kadang kala ada dari kita yang isi di SMA atau di kelas 3 SMP tentang pentingnya kontrasepsi, reproduksi, dan kita masukkin juga HIV/AIDS juga bahayanya narkoba," ujar Siti Kolisah.

Data dari BKKBN Jawa Timur menunjukkan dari 39 kasus kematian ibu atau bayi baru lahir di Malang, sebanyak 13 kasus bisa dicegah dengan penggunaan kontrasepsi atau program KB.

"Dengan memasang KB pada wanita yang sehat dan pemasangan lebih awal, kasus kematian dan kehamilan yang tidak direncanakan dapat diminimalisir. Selain memberi penyuluhan kami juga akan memilihkan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi para ibu," tutup bidan Wuri.

Video Terkini