Sukses

Payudara Jadi Kanibal Usai Wanita Setop Menyusui

Payudara wanita terdiri dari jaringan saluran yang ditutupi lapisan jaringan lemak.

Liputan6.com, Jakarta Apa yang terjadi pada payudara setelah wanita berhenti menyusui? Sebelumnya payudara sepanjang waktu menjadi pabrik penghasil susu. Namun, setelah setop menyusui payudara menjadi kanibal dengan memakan dirinya sendiri.

Payudara wanita terdiri dari jaringan saluran yang ditutupi lapisan jaringan lemak. Selama kehamilan, sinyal hormonal menyebabkan sel-sel epitel yang melapisi saluran berkembang biak dan membentuk struktur seperti bola yang disebut alveoli, yang membuat susu saat bayi lahir.

Namun, setelah wanita berhenti menyusui, struktur merusak dirinya sendiri yakni proses yang melibatkan bunuh diri seluler dalam jumlah besar, dan membersihkan sisa-sisanya.

Perilaku kanibalisme ini tampaknya menjadi keuntungan bagi kesehatan wanita, membantu untuk aman dengan membersihkan dari sel-sel mati dan sisa susu yang ada setelah menyapih anak.

Tapi, sel-sel kekebalan tubuh biasanya juga membuang sel-sel mati dan sekarat melalui proses yang disebut fagositosis, namun keterlibatan kekebalan tubuh sering menyebabkan peradangan. Peradangan yang berlebihan juga bisa menjadi faktor risiko untuk mengembangkan kanker payudara. Kondisi ini yang tidak biasanya terjadi ketika berhenti menyusui.

"Salah satu aspek yang paling sedikit dipahami dari proses ini adalah bagaimana kelebihan susu dan sejumlah besar sel-sel mati dikeluarkan dari kelenjar susu tanpa aktivasi substansial dari sistem kekebalan tubuh," kata Matthew Naylor, seorang ahli biologi kanker di University of Sydney di Australia seperti dilansir laman Newscientist, Kamis (6/10/2016).

Tim peneliti di University of Sheffield, yang dipimpin Dr Nasreen Akhtar, mengidentifikasi sebuah gen yang menyebabkan payudara berhenti memproduksi susu setelah mereka selesai menyusui.

Kemudian, ia memberitahu sel-sel di payudara secara efektif memakan diri sendiri dengan membersihkan sel-sel mati yang tersisa dari proses menyusui.

Dr Akhtar dan timnya bertanya-tanya apakah protein yang disebut Rac1 yang memainkan peran penting dalam produksi susu bisa menjadi kunci. Untuk menyelidikinya, Akhtar menghapus gen untuk Rac1 pada tikus betina; pada anak tikus pertama selamat, tapi mereka lebih kecil dari normal - mungkin karena susu yang diterima mengandung lebih sedikit lemak dan protein dari biasanya. Namun, tikus berikutnya meninggal.

Rac1 sangat penting untuk aktivitas fagositosis, dan membersihkan sel mati dan susu setelah berhenti menyusui itu sangat penting untuk fungsi jaringan jangka panjang. Tanpa gen Rac1, susu dan sel mati membanjiri payudara dan menyebabkan pembengkakan, yang diyakini menghambat regenerasi jaringan sel dan produksi susu di kehamilan berikutnya.

Temuan ini bisa untuk memahami pengembangan dan perkembangan kanker payudara. Meskipun menyusui berkepanjangan mengurangi risiko kanker, wanita memiliki risiko terkena kanker payudara untuk 5 tahun pertama sampai 10 tahun setelah kehamilan, dan kanker ini cenderung lebih agresif. Satu teori adalah peradangan selama periode renovasi setelah menyusui dapat mendorong pertumbuhan kanker.

Spesialis kanker berharap penemuan ini akan membantu mereka memahami perkembangan kanker payudara.

"Mengingat peran baru Rac1 dalam pengangkatan sel kelebihan atau mati, sehingga menekan peradangan penelitian ini juga mengidentifikasi peran potensial untuk Rac1 pada kanker payudara yang belum dieksplorasi," kata Naylor.