Liputan6.com, Jakarta Perihal tes DNA kembali menyeruak karena kasus Mario Teguh dan Ario Kiswinar. Motivator kondang ini sempat meminta Kiswinar untuk melakukan tes DNA untuk membuktikan apakah benar Kiswinar putra kandungnya atau bukan. Namun, Kiswinar menolak dan hanya mau melakukan tes DNA bila diminta penyidik.
Sebenarnya apa itu tes DNA?
Pertama-tama mari mengenali Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) terlebih dahulu. DNA merupakan cetak biru materi genetik yang terdapat dalam setiap sel makhluk hidup yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di dalam DNA terdapat rangkaian informasi genetik yang mengatur kelangsungan hidup suatu individu.
Advertisement
Uniknya, setiap individu memiliki karakteristik fisik dan membawa sifat yang diturunkan dari ayah dan ibu seperti dikutip dari materi yang diberikan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
DNA terdapat di dalam sel dalam tubuh makhluk hidup tak cuma dalam darah. DNA juga terdapat pada jaringan otot, tulang, rambut, air liur, feses, dan urine.
"Dalam proses identifikasi DNA, setiap materi biologi tersebut dapat digunakan sebagai sampel DNA forensik," seperti tertulis dalam materi dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ditulis Kamis (13/10/2016).
Setelah menjalani serangkaian uji laboratorium yang ketat, pada akhirnya akan ada interpretasi hasil dan pembandingan profil DNA individu.
"Misalnya dalam uji DNA paternitas/maternitas. Berdasarkan prinsip penurunan DNA autosom, seorang anak akan mendapatkan setengah pasang DNA ayah dan setengah pasang lagi dari ibu," tambahnya.
Jika dalam pembandingan didapatkan bahwa setengah profil DNA anak cocok dengan profil DNA ayah dan setengahnya lagi cocok dengan profil DNA ibu, kesimpulannya ayah dan ibu orangtua biologis anak.
Tak butuh waktu lama mengetahui hasil tes DNA. Satu hari juga bisa namun bila tergolong kasus yang darurat. Namun pada umumnya sekitar dua minggu sudah diketahui hasilnya.
"Satu hari itu kalau kasus emergency, namun kalau enggak bisa mengikuti jadwal yang ada. Sekitar 12-14 hari, ya sekitar dua minggu," tutur peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo saat dihubungi melalui sambungan telepon.