Liputan6.com, Jakarta Ketika beberapa negara menganggap tabu soal seks, di belahan bumi lain ada negara yang melegalkan pelacuran. Di negara bagian Amerika Serikat, Nevada misalnya, sejumlah perempuan justru malah bertaruh hidup untuk melacur dan meninggalkan kesetiaan juga risiko penyakit menular seksual.
Seperti diberitakan Mirror, Kamis (20/10/2016), di negara yang memiliki jumlah penduduk sekitar dua juta jiwa itu, ada perempuan yang rela dibayar untuk tidur dengan 20 pria hidung belang setiap hari.
Bahkan dalam rumah bordil, para pemuja seks bisa tinggal selama empat hari. Mereka bisa memilih perempuan dari warna kulit, warna rambut, hingga pengalaman bercinta. Semua fasilitas dan makanan pun lengkap.
Advertisement
Reporter CNN, Lisa Ling yang mengunjungi "rumah bordil" tersebut mengatakan, pekerja seks di sana semua berlisensi. Dan mereka bisa bekerja hanya beberapa minggu untuk mendapat uang.
Pemilik tempat prostitusi Moonlite BunnyRanch, Dennis Hof bahkan menawarkan sebuah suvenir bila ada pria yang menjadi langganan di tempat tersebut. Dan yang mengejutkan, tempat pelacuran ini buka 24 jam sehari. Jadi siapa pun bisa menyewa kamar dan berhubungan seks.
Perempuan-perempuan yang menjadi pekerja seks sepakat, 50 persen pendapatan mereka dipotong untuk rumah bordil tersebut.
Salah seorang pekerja seks, Sarah (25) mengatakan, semua perempuan di tempat ini bekerja secara profesional. Baginya memperhatikan kelamin pria harus dilakukan sebelum bercinta.
"Saya selalu memeriksa penis klien sebelum berhubungan seks. Ya, saya meminta mereka di bawah cahaya terang untuk memastikan dia tidak memiliki penyakit," kata Sarah.
Dalam tayangan Dr Oz Show, Ling justru mengungkap bagaimana pekerja seks di sana justru tidak peduli kesehatannya.
"Hal yang berbeda di rumah bordil. Mereka diperiksa untuk Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap minggu dan ternyata penyakit ini begitu merajalela."
Dia melanjutkan, para wanita pelacur itu menjajakan seks melalui pilihan mereka sendiri. Jadi tidak ada yang memaksa mereka untuk berada di sana. Namun beberapa pekerja wanita di sana justru didominasi oleh ibu-ibu.
"Ibu-ibu ini sepertinya bekerja sebagai pelacur di rumah bordil. Setelah mendapatkan uang yang cukup dalam dua minggu, mereka bisa pulang ke rumah selama berbulan-bulan dan berkumpul bersama keluarga mereka," ujarnya.
Bagaimana pun, kata Ling, Hof bersikeras menyangkal kalau dia tidak mengambil keuntungan dari perempuan miskin dan rentan terkena penyakit ini. Belum lagi tempat ini menjadi sasaran empuk peredaran narkoba.
"Pemain basket, Lamar Odom dikabarkan overdosis narkoba di tempat ini. Saya yakin, mereka pesta dan ada kegiatan yang berhubungan dengan alkohol dan narkoba yang menjadi sumber bekerja di rumah bordil tersebut. Sayangnya, banyak perempuan memilih untuk mencari uang di sana," pungkas Ling.