Liputan6.com, Jakarta Seorang pria yang disuntik virus HIV saat bayi oleh ayahnya sendiri, telah berhasil melampaui perkiraan para dokter yang mengatakan bahwa harapan hidupnya dulu sangat kecil.
Brryan Jackson, yang saat ini sudah berumur 25 tahun dari Missouri, disuntik HIV oleh Brian Stewart, ayahnya, saat berusia 11 bulan. Stewart yang bekerja sebagai tester darah di laboratorium lokal menyuntikkan virus tersebut karena yakin kalau Jackson bukan anak kandungnya.
Baca Juga
Padahal semula, Stewart begitu bahagia dengan kehadiran buah hatinya setelah menikahi kekasihnya yang juga bekerja sebagai tenaga medis. Namun entah mengapa, setelah pulang bertugas di Angkatan Laut Arab Saudi, karakter Stewart berubah.
Advertisement
Bukan saja tak mengakui Jackson sebagai anak kandung, Stewart pun kerap melakukan kekerasan verbal dan fisik pada istrinya sekitar tahun 1992. Dia pun tak mau membayar tunjangan untuk anaknya.
Setelah tak bertemu cukup lama, ibu Jackson menelepon Stewart dan mengatakan kalau anak mereka sakit dan dirawat. Sebagai seorang ayah, dia pun mendatangi anaknya yang terbaring. Sayangnya, bukan kasih sayang yang diberikan oleh Stewart, tapi musibah karena menyuntikkan HIV.
"Anak Anda tidak akan hidup melampaui usia lima tahun," ujar Stewart kepada istrinya tentang kesehatan putranya tersebut.
Sejak itu, kesehatan Jackson memburuk dengan cepat. Dia mulai menderita berbagai infeksi terkait HIV, meskipun Jackson belum resmi didiagnosis menderita virus tersebut hingga usia lima tahun.
Akhirnya, dokter pun menggambarkan kondisi Jackson sebagai full-blown AIDS, yaitu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sudah benar-benar lumpuh, dan penderita gampang terserang berbagai jenis penyakit. Jackson dinyatakan hanya bisa bertahan hidup lima tahun saja, kemudian dia disuruh pulang dengan banyak obat yang harus diminumnya.
Cobaan terhadap Jackson belum berhenti. Di usia tujuh tahun, Jackson mengalami demam yang sangat parah, organ hatinya bengkak, sehingga dia harus minum 23 jenis obat untuk HIV-nya. Dokter pun menyakini Jackson akan bertahan hidup dalam hitungan jam saja.
Dijauhi dan dibully teman-teman
Nyata tidak. Jackson bersekolah seperti anak lainnya. Namun, dia harus menjalani hidupnya dengan bully dan dijauhi oleh teman-teman sekolahnya.
"Saya merasa tidak ada tempat lagi di dunia ini untuk saya," ujarnya. Jackson pun menyalahkan ayahnya karena membuat hal-hal tersebut terjadi padanya.
"Dia (ayahnya) tidak saja mencoba membunuh saya, dia mengubah hidup saya selamanya. Dia yang harusnya bertanggung jawab tentang bullying yang saya rasakan. Dia juga harus bertanggung jawab terhadap waktu bertahun-tahun yang saya rasakan di rumah sakit. Ia alasan mengapa saya harus begitu sadar tentang kesehatan saya dan apa pun yang saya lakukan,” ujarnya.
Kini, sang ayah tengah menjalani hukuman penjara seumur hidup sejak 1998. Permintaan pembebasan bersyarat ditolak hakim pada Juli 2016 lalu, dilansir laman Independent, Jumat (21/10/2016).
Advertisement
Jadi motivator
Setelah hampir dua dekade menjalani pengobatan, saat ini Jackson telah memiliki jumlah sel T yang tinggi, artinya status HIV-nya kini tidak terdeteksi. Ia berharap suatu hari bisa menjadi seorang ayah, melalui proses pencucian sperma yang akan mencegah virusnya tertular pada anaknya.
Kisah hidupnya itu pun dapat menginspirasi banyak orang, Jackson pun menjadi motivator yang telah melakukan banyak perjalanan ke berbagai negara.
“Saya masih memiliki AIDS. Sekali didagnosis HIV, akan selalu didiagnosis HIV/AIDS. Tetapi saya tetap merasa sehat, dan merasa bahwa diri saya adalah seorang 'atlet' yang baik,” pungkasnya.