Liputan6.com, Jakarta Program bayi tabung semakin diminati oleh pasangan yang kesulitan memiliki anak. Catatan dari Morula In Vitro Fertilitization (IVF) Jakarta sebagai klinik fertilitas pertama di Indonesia yang berhasil mengembangkan pembuahan bayi tabung, terdapat 2.000 siklus bayi tabung yang dilakukan pada tahun lalu. Sedangkan pada 2016, diperkirakan mencapai 3.000 siklus.
Di Indonesia, terdapat 28 klinik bayi tabung. Permintaan program tersebut mengalami peningkatan 25 persen setiap tahun dan sepertiganya dilayani di Morula IVF.
"Di klinik kami tingkat keberhasilan program bayi tabung mencapai 50 persen," ujar Ivan Sini, Sekretaris Jenderal Persatuan In Vitro Fertilitization (Perfitri), dalam jumpa pers peresmian Morula Info Jogja yang memberikan layanan informasi mengenai infertilitas, konsultasi, dan opsi perawatan di Yogyakarta, Minggu (23/10/2016).
Advertisement
Ia mengungkapkan peluang tersebut dimiliki oleh pasangan usia subur yang berusia di bawah 35 tahun. Angkanya relatif tinggi jika dibandingkan dengan peluang hamil perempuan yang baru menikah, berkisar 2-4 persen per bulan. Meskipun demikian, ia tidak menyarankan semua pasangan yang baru menikah mengikuti program ini, karena bayi tabung hanya merupakan alternatif cara bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak.
Menurutnya, biaya program bayi tabung bervariasi, berada di kisaran Rp60-80 juta per siklus. Hal itu bergantung pada dosis obat yang digunakan.
"Kalau pasien masih muda lebih sedikit biaya yang dikeluarkan karena dosis obatnya juga tidak banyak," ucapnya.
Ivan mengatakan secara ekonomis, program bayi tabung relatif murah apabila sejak awal pasangan merencanakan mengikuti layanan ini. Pasalnya, kebanyakan pasangan justru mengambil jalur bayu tabung sebagai solusi terakhir untuk memiliki anak dan sudah menghabiskan ratusan juta rupiah lebih dulu untuk program lainnya.
"Pernah ada pasien yang sudah habis Rp500 juta baru ikut bayi tabung," tuturnya.
Ia memaparkan ada 6 juta anak di dunia yang dilahirkan dari bayi tabung dan ada 6.000 siklus yang sudah diterapkan di Indonesia. Bayi tabung pertama di dunia lahir pada 1978 dan 10 tahun kemudian baru lah Indonesia menerapkan program tersebut. Pada 1997, lahir lah bayi tabung pertama di Indonesia.
Ivan menilai peningkatan permintaan bayi tabung di Indonesia mulai terasa pada 10 tahun terakhir. Penyebabnya, tingkat keterbukaan pasangan tinggi seiring dengan kemajuan sosial media yang memaparkan informasi, kemajuan teknologi yang memberi rasa percaya diri tim medis maupun pasangan, serta komunikasi dan interaksi yang selaras di antara para stakeholder, seperti dokter, pemerintah, dan masyarakat.
(Switzy Sabandar)