Liputan6.com, Jakarta Dua tahun berturut-turut tepatnya 2013-2015, banyak remaja putri di Mentaya Seberang, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah alami anemia. Ini adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (sel darah merah) rendah. Dari 2013 ke 2014 malah terjadi kenaikan yang cukup tinggi dari 73 persen menjadi 86,7 persen.
Melihat data hasil penjaringan kesehatan pada remaja putri ini membuat tenaga kesehatan yakni nutrisionis di Puskesmas Mentaya Seberang, Murtiningsih keheranan. Ia pun mencari tahu penyebab tingginya angka remaja putri alami  anemia di wilayah kerjanya itu.
Baca Juga
"Rupanya remaja di sini sejak kecil tidak terbiasa makan sayur. Padahal makan sayuran hijau itu ada zat besi yang bisa mencegah anemia. Mereka biasanya hanya makan nasi dengan ikan. Itu pun jumlah ikannya hanya sedikit," kata Nining, sapaan akrab Murtiningsih.Â
Advertisement
Nining pun memutar ide, program apa yang bisa dilakukan untuk bisa menekan jumlah remaja putri anemia. "Kalau anemia itu kan bisa menurunkan konsentrasi belajar mereka, sehingga prestasi mereka akan menurun," kata Nining saat dihubungi Health-Liputan6.com ditulis Jumat (28/10/2016).
Ide program pun tercetus saat ia melihat banyak lahan di wilayahnya belum dimanfaatkan secara optimal. Nining pun berharap agar lahan kosong di sekolah bisa dijadikan kebun untuk ditanam para siswi. Hasilnya, yakni berupa sayuran hijau yang kaya zat besi bisa dimasak serta jadi bahan penyuluhan.
"Setelah saya mencoba berbicara dengan guru dan dinas pertanian terkait program ini, mereka mendukung program yang saya beri nama Geng Ijo Sehati," kata wanita lulusan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
Geng Ijo artinya sekelompok murid SMP yang bekerja sama memanfaatkan lahan kosong dan bahan bekas untuk membuat kebun hijau. Sehati sendiri merupakan akronim dari 'sehat tanpa anemia' seperti diutarakan Nining.
Â
Program Geng Ijo Sehati berjalan
Pada awal ajaran 2014/2015 tepatnya Agustus, program Geng Ijo Sehati dimulai di SMP Meranti Mustika. Ada 30 siswi kelas VII-IX di sekolah yang terlibat dalam program ini. Di awal program berjalan, Nining mengadakan tes darah untuk mengetahui kadar hemoglobin. Dilanjutkan dengan pre-test untuk mengetahui pengetahuan para remaja putri tentang anemia.
Di Agustus 2014 para siswi mulai menanam kangkung dan kacang panjang dengan bibit dan panduan dari dinas pertanian setempat. Selang dua bulan, hasil panen dari kebun sebesar seperempat lapangan sepak bola pun siap dipetik.
Tak hanya menanam kangkung dan kacang panjang, aneka sayuran lain yang mudah ditanam seperti terong dan bayam juga ada. Selain itu para siswi juga menanam buah, salah satunya pepaya.
"Jadi saya beri penyuluhan kepada mereka selama 12 kali selama setahun. Beda-beda topiknya mulai dari gizi seimbang, apa itu anemia, efek anemia, cegah anemia, Â sampai cara masak yang tepat agar gizi di sayuran terjaga," cerita wanita yang juga ibu dua anak ini.
Advertisement
"Ibu Nining, sayurnya kok pahit"
"Ibu Nining, sayurnya kok pahit"
Di awal menjalankan program Geng Ijo Sehati, para siswi SMP Meranti Mustika kebingungan. Tak ada pelajaran menanam di sekolah, kok ini diminta menanam sayuran. Namun kebingungan hanya sebentar, bimbingan dari Dinas Pertanian setempat memudahkan mereka dalam bercocok tanam.
Saat ada penyuluhan, Nining menjelaskan manfaat yang bisa diperoleh dari kebun tersebut. Pertama-tama mengajak para siswi agar terbiasa mengolah kebun sayur lalu hasilnya dipetik kemudian dimasak. Sehingga secara perlahan para siswi belajar makan sayur demi bebas anemia dan prestasi pun gemilang.
"Pas pertama penyuluhan saya jelaskan tentang manfaat merawat kebun. Lama-lama mereka bersemangat. Ada yang bilang 'Bu, kalau saya bawa bibit tanaman boleh?', 'Bawa pupuk kandang bolehkah?," kata Nining.
Cerita menarik pun terjadi saat Oktober 2014, kala pertama kali hasil kebun bisa dipetik. Lidah yang belum terbiasa makan sayur membuat mereka ada yang mengatakan sayur itu pahit, padahal bukan makan pare atau pun daun pepaya.
"Susah memang awalnya. Karena pas makan ada yang bilang, 'Bu sayurnya pahit, enggak enak'. Karena mereka biasanya hanya makan dengan ikan atau telur, tidak terbiasa makan sayur," ucap wanita berjilbab ini.
Nining pun menyarankan pada siswi tersebut untuk makan sayur sedikit demi sedikit dahulu. "Kalau seperti ini jangan dipaksa malah nanti malas makan sayur,' kata Nining lagi.Â
Lalu, ada juga siswi yang tadinya enggan makan sayur namun sesudah setahun program berjalan jadi doyan makan sayur.
"Kini anak tersebut sudah SMK, pernah bertemu dan dia mengatakan, 'Ayo Bu Nining kita masak-masak lagi'," cerita wanita kelahiran Bantul, 28 Maret 1983 ini.
Bahaya anemia pada remaja putri
Bahaya anemia pada remaja putri
Anemia merupakan kondisi menurunnya sel darah merah. Seseorang mengalami anemia apabila kadar hemoglobinnya (sel darah merah) rendah.
Kondisi ini bisa terjadi karena beberapa hal seperti kekurangan zat besi, kehilangan darah, hingga gizi buruk. Orang dengan anemia mengalami 5L yakni lemah, letih, lesu, lunglai, dan lalai.
"Anemia bisa membuat konsentrasi mereka jadi berkurang, sehingga prestasinya menurun," kata Nining.
Memang bisa diberikan tablet mengandung zat besi (fe), namun apakah iya selalu diatasi dengan tablet? Tentu tidak.
Menurut Nuning dengan mengubah kebiasaan jadi gemar makan sayuran hijau itu manfaatnya lebih lama. Toh, di area wilayahnya bekerja itu masih banyak lahan kosong yang bisa dimanfaatkan sebagai pekarangan untuk ditanami sayuran.
Belum lagi, asupan zat besi juga bisa didapatkan dari ikan. Ada sungai di sekitar kawasan tersebut sehingga ikan gabus mudah didapat sebagai salah satu sumber nutrisi.
Selain itu, lewat program ini Nining berharap bisa membuat perubahan tidak hanya pada siswi saja. Tapi orang-orang di sekitarnya termasuk keluarga. "Remaja-remaja putri ini nanti juga akan menjadi ibu kan. Sehingga apa yang didapat sekarang bisa diterapkan juga nanti saat jadi ibu," katanya
Advertisement
Setahun berjalan, anemia hampir bisa dipangkas
Setahun berjalan, anemia hampir dipangkas
Di akhir ajaran 2014/2015, Nining melakukan pengecekan kadar hemoglobin pada siswi yang menjalankan program tersebut. Hasilnya, terjadi peningkatan kadar hemoglobin, artinya sedikit lagi tak siswi dengan anemia.
Kadar hemoglobin yang normal itu 12-14 gr/dl. Sebelum program ini berjalan rata-rata kadar hemoglobin mereka 9-10 gr/dl. Namun setelah setahun berjalan rata-rata kadar hemoglobin naik 1,2 gr/dl/
Lalu, hasil post-test juga memperlihatkan pemahaman para siswi terhadap gizi seimbang dan anemia pun meningkat. Para remaja putri di SMP sudah mengetahui bahwa mengonsumsi sayuran hijau serta ikan dan daging serta konsep makanan seimbang penting bagi tubuh.
Kebersamaan menurut Nining kunci hasil positif program. Ketika menanam sayur, lalu memasak hasil kebun menjadi urap atau sayur bening atau sayur lainnya, kemudian makan bersama-sama rupanya membuat para remaja putri di sekolah ini perlahan-lahan mau mengonsumsi sayur.
"Kalau di sekolah kan semua dilakukan bersama, mulai berkebun sampai masak ramai-ramai. Lalu makan hasil mereka sendiri. Dari sini muncul rasa senang makan sayur. Semoga saja ditularkan ke anggota keluarga mereka yang lain," kata Nining lagi.
Melihat hasil positif dari Geng Ijo Sehati, program ini kembali dilaksanakan di tahun kedua. Selain SMP Meranti Mustika, ada satu SMP dan satu SMK yang kini juga menjalankan program ini.
Berkat usahanya menjalankan program Geng Ijo Sehati ini, Nining terbang ke Jakarta pada Agustus lalu untuk mendapatkan penghargaan sebagai Tenaga Kesehatan Teladan 2016 dari Kementerian Kesehatan.Â
Â