Liputan6.com, Jakarta Bukan hanya sidik jari yang unik, bau badan atau aroma tubuh masing-masing orang pun berbeda-beda. Aroma tubuh alami Anda pun akan tetap sama meski Anda mengubah asupan makanan.
Mamalia seperti tikus dan manusia diketahui memiliki aroma tubuh yang unik, ditentukan oleh faktor genetika yang disebut odortypes (tipe aroma tubuh). Aroma tubuh ini membantu membedakan seseorang dari orang lainnya hingga membantu proses memilih pasangan.
Baca Juga
Aroma tubuh masing-masing orang sebagiannya ditentukan oleh gen dalam bagian genomik yang disebut major histocompatibility complex (MHC), yang berperan dalam sistem imum dan ditemukan pada semua makhluk bertulang belakang.
Advertisement
Keringat dan urine
Informasi mengenai aroma tubuh disebarkan melalui cairan tubuh seperti keringat dan urine yang mengandung molekul kimia yang dilepaskan ke udara yang disebut volatile organic compounds (VOCs), dilansir dari laman LiveScience, Minggu (30/10/2016).
Jenis makanan yang dikonsumsi oleh hewan atau manusia juga bisa memengaruhi aroma tubuh mereka, seperti misalnya makan bawang putih dalam jumlah besar. Oleh karena itu peneliti di Monell Chemical Senses Center, Philadephia mencoba mencari tahu apakah mengubah asupan makanan bisa mengubah aroma tubuh yang ditentukan oleh gen.
Dalam penelitian yang melibatkan tikus, mengindikasikan bahwa aroma tubuh yang dihasilkan secara genetika tetap ada meski tikus tersebut asupan makanannya diubah dan perubahan makanan tersebut cukup memengaruhi aroma tubuh masing-masing tikus. Aroma tubuh alami masing-masing tikus masih tetap bisa terdeteksi.
Seperti sidik jari
"Penemuan menggunakan hewan percobaan ini mendukung dugaan bahwa aroma tubuh dihasilkan secara konsisten dan dianalogikan seperti sidik jari atau sampel DNA," ujar penulis studi, Garry Beauchamp dari Monell.
"Penemuan ini mengindikasikan bahwa aroma tubuh yang dihasilkan secara biologis, seperti sidik jari, bisa diandalkan untuk mengidentifikasi seseorang," ujar ahli kimia dari Monel yang terlibat dalam penulisan studi, Jae Kwak.
Menurutnya, jika penelitian ini juga berlaku pada manusia, akan membuka kemungkinan untuk mengembangkan alat yang bisa mendeteksi aroma tubuh masing-masing individu. Beauchamp juga mengatakan metode yang sama digunakan untuk melihat aroma tubuh yang berbeda-beda dikaitkan dengan penyakit tertentu.