Sukses

Perjuangan Dedy Atasi Gigi Berlubang di Pedalaman Kalimantan

Saat bekerja di Puskesmas Beduai, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat sekitar 99 persen anak-anak SD giginya berlubang.

Liputan6.com, Jakarta Minimnya tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Beduai, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat membuat kondisi kesehatan gigi dan mulut warganya buruk. Tak heran saat perawat gigi Dedy Syahrianto pada 2010 bertugas di puskesmas ini, mendapati hampir semua anak-anak Sekolah Dasar memiliki gigi berlubang.

"Saat melakukan penjaringan, ini semacam deteksi gigi dan mulut, pada anak-anak SD kami menemukan banyak masalah gigi. Kebersihan gigi buruk sekali. Sekitar 99 persen gigi berlubang," kata pria yang akrab disapa Dedy ini.

Tak ingin anak-anak di wilayah kerja Dedy memiliki kesehatan gigi dan mulut yang buruk, Dedy pun mencari cara untuk mengatasi hal tersebut. Bersama tim dari puskesmas, Dedi pun bergerak membuat program peningkatan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak Sekolah Dasar di kecamatan yang terletak sekitar 180 km dari Pontianak ini.

Anak-anak dari 15 SD di Kecamatan Beduai setiap bulan mendapatkan penyuluhan dari Dedy maupun petugas kesehatan dari puskesmas seperti perawat, ahli gizi, analis datang tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Lalu, diakhiri dengan sikat gigi dengan benar bersama.

Di antara 15 SD yang ada, SDN 01 Beduai menjadi sekolah percontohan untuk program ini. Sekolah ini dipilih karena memiliki kepala sekolah dan guru merespon positif program ini, lalu fasilitas untuk melakukan program ini ada seperti sumber air bersih ada. Alasan ketiga mengenai jarak yang hanya berjarak satu km dari puskesmas.

"Jika di sekolah lain kami setiap bulan melakukan penyuluhan dan sikat gigi bersama, di sekolah percontohan tiap bulan kami melakukan hal sama serta ditambah pencabutan gigi susu sertan penambalan gigi," kata Dedy saat dihubungi Health-Liputan6.com ditulis Jumat.

2 dari 4 halaman

Penurunan kasus gigi berlubang

Penurunan kasus gigi berlubang

Setelah program meningkatkan kesehatan gigi dan mulut berjalan empat tahun di 15 Sekolah Dasar di Kecamatan Beduai pada 2014 dilakukan evaluasi. Hasilnya, terdapat penurunan kasus gigi berlubang sekitar tiga persen.

Pada 2015, dilakukan kembali evaluasi kembali jumlah anak Sekolah Dasar dengan gigi berlubang menjadi 89,31 persen. "Walaupun berkurangnya tidak signifikan tapi ada penurunan-lah," tutur Dedy lewat sambungan telepon.

Pria kelahiran 16 Oktober 1979 ini mengatakan sedikitnya penurunan gigi berlubang terkait dengan terbatasnya jumlah tenaga kesehatan gigi di kecamatan ini. Bagaimana tidak, tidak ada dokter gigi di kecamatan ini, satu-satunya yang berkompeten di bidang kesehatan gigi hanya Deddy.

"Jika kegiatan penyuluhan seperti itu bisa dibantu dengan tenaga kesehatan yang lain. Namun terkait dengan penambalan gigi atau pencabutan gigi itu hanya saya sendiri yang melakukannya," tutur Deddy.

Meski begitu, ada hasil evaluasi program yang menggembirakan bagi Dedy. Yakni mengenai tingkat kebersihan gigi dan mulut anak-anak SD yang awalnya di 2010 buruk, pada 2015 menjadi rata-rata baik.

"Saya senang melihat ada peningkatan kebersihan gigi dan mulut. Bila gigi dan mulut bersih ini kan terkait dengan berkurangnya juga jumlah gigi berlubang pada anak-anak," kata pria lulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.

3 dari 4 halaman

Hadirkan Kartu Gigi Sehat

Hadirkan Kartu Gigi Sehat

Selama empat tahun menjalankan program peningkatan kesehatan gigi dan mulut rupanya tidak pernah tercatat.  Maka di Februari 2015, Dedy mengusulkan adanya Kartu Gigi Sehat yang dijalankan di SDN 01 Beduai.

"Ini semacam rekam medis gigi anak-anak. Jadi kartu gigi sehat ini bentuknya satu lembar kertas mengenai tingkat perkembangan kesehatan gigi anak. Di dalamnya juga ada riwayat tindakan atau perawatan pada gigi anak," jelas Dedy.

Dengan kehadiran kartu gigi sehat bisa diketahui tiga hal yakni:

1. Perkembangan tingkat pengetahuan gigi pada anak-anak

2. Perkembangan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak-anak

3. Perkembangan status kesehatan gigi dan mulut anak-anak seperti status kesehatan gizi, ada tidaknya jumlah gigi berlubang, gigi yang dicabut, dan gigi yang ditambal.

Setelah setahun berjalan hasil evaluasinya bisa diketahui. Rupanya pengetahuan anak-anak tentang kesehatan gigi dan mulut dari sedang menjadi baik, lalu tingkat kebersihan dari buruk menjadi baik.

4 dari 4 halaman

Sukses tingkat nasional

Perawat gigi satu-satunya yang jadi Tenaga Kesehatan Teladan 2016

Program peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak Sekolah Dasar serta adanya Kartu Gigi Sehat mengantarkan Dedy menjadi satu dari 216 Tenaga Kesehatan Teladan 2016 dari Kementerian Kesehatan pada Agustus lalu.

Dedy masuk dalam kategori perawat mewakili Kalimantan Barat. Di Jakarta ia bertemu dengan banyak perawat lainnya dari seluruh Indonesia. Uniknya hanya ia satu-satunya perawat gigi, yang lain perawat umum.

"Bangga sama sedih saya atas hal ini. Bangga karena saya perawat gigi yang berhasil sampai tingkat nasional. Tapi sedihnya kok saya sendirian dari perawat gigi," kata ayah dua anak ini.

Ia pun berharap perawat gigi lainnya, makin banyak yang berprestasi dan berhasil masuk menjadi tenaga kesehatan teladan tahun selanjutnya.