Liputan6.com, Jakarta Radang tenggorok (sore throat) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kita. Hal ini ditandai dengan tenggorokan terasa sakit, nyeri saat menelan, demam, bahkan bisa juga sakit kepala. Meski terdengar seperti penyakit yang ringan, jangan remehkan pengobatannya.
Menurut dokter spesialis hidung tenggorok Syahrial M. Hutauruk, sembarangan mengobati radang tenggorok akut bisa berubah menjadi radang tenggorok kronis. Salah satu penyebabnya adalah menggunakan antibiotik sembarangan.
"Bisa jadi karena dia mengatasi radang tenggorok dengan menggunakan antibiotik yang beli sendiri, bukan resep dari dokter," kata Syahrial saat temu media "Betadine Obat Kumur" di Jakarta, ditulis Kamis (3/11/2016).
Advertisement
Lalu, bisa juga karena orang tersebut sudah berobat ke dokter, lalu salah satu obatnya antibiotik. Sayangnya, antibiotik tersebut tidak dihabiskan. Nah, itulah yang bisa menyebabkan menjadi radang tenggorok kronis.
Radang tenggorok akut sendiri biasanya disebabkan karena bakteri dan virus, sementara radang tenggorok kronis sebagian besar karena bakteri.
Orang dengan radang tenggorok akut gejalanya tampak jelas, yakni tonsil membesar dan merah, dan akan sembuh dalam lima-tujuh hari. Berbeda dengan radang tenggorok kronis yang gejalanya relatif ringan (tidak terlalu kentara), tetapi pengobatannya butuh waktu lama.
Untuk bisa membedakan radang tenggorok akut dengan kronis bisa dilihat dari lama kesembuhan. "Bila radang tenggorok akut bisa sembuh dalam waktu sekitar seminggu, tapi kalau kronis itu alami nyeri berulang, dalam artian hilang muncul nyerinya, atau pembesaran amandel, sudah berobat tidak sembuh, bisa jadi radang tenggorok kronis," kata Syahrial.
Bila orang sudah terkena radang tenggorok kronis potensinya terkena radang tenggorok pun jadi lebih sering. Bisa sekitar lima-tujuh kali dalam setahun.