Liputan6.com, Jakarta Kehadiran Syanne Glassya Kam alias Xuen, puteri ketiga pada 10 Desember 2012 lalu, bukan keinginan pasangan Kam Thien Pau atau Syaiful Mahzar dan Dwita Rachma Septianne. Bahkan mereka sempat berpikir untuk menggugurkan kandungan.
Saat itu mereka berpikir jarak kelahiran puteri pertama dan kedua saja sudah cukup dekat yaitu satu tahun enam bulan. Tujuh bulan kemudian Anne hamil lagi anak ketiga.
"Aku sedih banget waktu itu. Puteri keduaku kan masih bayi, pasti repot nih. Apalagi perekonomian rumah tangga masih susah," ujar Anne--sapaan Dwita Rachma Septianne--kepada Health-Liputan6.com, Minggu (6/11/2016).
Advertisement
Namun keinginannya itu dicegah sang suami. Dia berpikir mungkin kali ini bayi dalam kandungan berjenis kelamin laki-laki. Ya, suami Anne ingin sekali punya anak laki-laki.
Akhirnya Anne pun membiarkan kandungannya berkembang hingga enam bulan. Saat USG, sang suami agak kecewa karena hasilnya perempuan lagi.
Tak mau larut dalam kekecewaan, Syaiful pun membesarkan hatinya. Dia berpikir kalau dokter salah prediksi atau mungkin kelamin calon bayinya tertutupi. Dia masih berharap bayi yang ada di kandungan itu berjenis kelamin lelaki.
Kekecewaan terlihat di wajah Syaiful ketika melihat bayi yang Anne lahirkan berjenis kelamin perempuan. Sebenarnya Anne juga kasihan melihatnya, tapi ini juga bukan kehendaknya.
Xuen lahir membawa berkah
Kehadiran Xuen di rumah membawa keberkahan. "Kami sempat salah berpikir tentang ekonomi. Setelah lahir Xuen, rezeki justru semakin bertambah. Kami tak lagi kepanasan dan kehujanan saat kepergian," lanjut Anne.
Padahal sebelumnya, kala Xuen dalam kandungan cobaan bertubi-tubi datang. Motor satu-satunya kendaraan yang mereka punya hilang dicuri. Belum lagi pengeluaran rumah tangga begitu besar untuk merenovasi rumah agar layak ditempati. Apalagi ditambah biaya persalinan Xuen.
"Tapi kini semuanya diganti berlipat-lipat oleh Allah SWT sejak kehadiran Xuen," ujar Anne.
Xuen kesayangan papa
Kekecewaan Syaiful atas kelahiran puteri ketiganya ini terhapus dengan kepintaran yang dimiliki Xuen dibandingkan kedua kakaknya. Usia delapan bulan Xuen sudah bisa berjalan layaknya anak usia satu tahun.
Keceriaan Xuen saat tertawa, dan bercanda membuat Syaiful jatuh sayang kepada puteri ketiganya tersebut.
Apalagi Xuen menunjukkan kecerdasannya. Kala sang kakak, Fifi, tengah diajari membaca oleh papanya, Xuen yang mendengarkan langsung bisa mengikutinya.
Xuen pun sangat manja pada papanya. Hampir setiap malam jelang tidur, Xuen minta dipeluk Syaiful.
Hal itu membuat Syaiful semakin sayang pada puterinya. Setiap pulang kerja atau pun pergi kemana pun orang yang pertama kali ditanya Syaiful adalah Xuen.