Liputan6.com, Jakarta Penyanyi operas Brisbane, Janelle Colquhoun, didiagnosis diabetes tipe 1 ketika berusia 10 tahun. Sejak itu, dirinya menjalani diet khusus hingga memasuki usia remaja.
"Saat itulah saya mulai berontak. Ketika saya memiliki kadar gula darah yang sangat tinggi, saya berpikir itu normal. Saya pun merasa cepat lelah, energi berkurang, serta sering sakit," ujarnya, dilansir laman Abc, Jumat (11/11/2016).
Baca Juga
Ketika usia 17 tahun, Colquhoun pun divonis mati pada usia 30 karena diabetes yang dideritanya semakin buruk, dan tak terkendali. Tentu saja, pernyataan itu membuatnya syok. Dia pun mulai merawat kesehatannya, dan mengejar kariernya di musik.
Advertisement
Di tengah perjuangannya melawan diabetes, Colquhoun berhasil mendapatkan beasiswa ke Queensland Conservatorium of Music. Namun, di usia 29 tahun, dia pun mengalami kebutaan.
Itu tidak menyurutkan dirinya untuk pindah ke Jerman, dan bernyanyi dengan Opera Frankfurt. "Sesuatu yang sangat radikal terjadi seperti kebutaan, dan karier pun tiba-tiba pergi. Saya berpikir karena diabetes ini, sejak itu saya kendalikan gula darah hingga benar-benar baik," lanjutnya.
Pengalaman ini membuat Colquhoun mengajak orang lain untuk lebih serius menangani diabetes. "Orang tidak menyadari penyakit itu berbahaya. Ini sama dengan Anda didiagnosis kanker, dan segera tanggapi dengan serius," terangnya.
Lima tahun setelah kebutaan, Colquhoun pun menjalani transplantasi ginjal pankreas. Artinya, dia tidak lagi menderita diabetes tipe 1.
Namun, dia tak mau berdiam diri. Keinginan kerasnya untuk tak mati cepat membuat Colquhoun mulai mengkampanyekan diabetes ke seluruh dunia, dan membuka agensi khusus untuk seniman disfabel.
Ribuan penduduk Queensland menderita kerusakan mata
Diabetes Queensland chief executive, Michelle Trute mengatakan 230 ribu orang di Queensland, Australia ini menderita penyakit diabetes. 13.400 di antaranya memiliki diabetes retinopati, atau kerusakan mata.
"Orang-orang benar-benar bersikap santai dengan diabetes. Padahal kita lihat banyak orang diamputasi, kehilangan penglihatan. Juga banyak orang yang hidup dengan kondisi jantung dan stroke sebagai konsekuensi diabetes," terangnya.
Trute mengatakan pelayanan kesehatan akan berjuang untuk mengatasi diabetes jika pasien tidak minum obat, tidak makan dengan baik, dan tidak olahraga.