Liputan6.com, Jakarta Pengetahuan mengenai gejala awal pneumonia atau radang paru-paru semestinya bukan hanya dimiliki tenaga kesehatan, tapi juga tiap-tiap individu dalam keluarga. Tingkat partisipasi aktif individu dalam keluarga inilah yang menjadi seruan Kementerian Kesehatan RI pada Hari Pneumonia Sedunia 2016.
Gejala pneumonia mirip dengan penyakit infeksi lain seperti demam dan batuk. Namun bila napas anak sudah mulai lebih cepat, orang tua sebaiknya mulai melakukan observasi. Oleh karena itu pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mencanangkan 'Gerakan Hitung Napas Balita Batuk'.
Baca Juga
"Jadi kalau balita sudah sesak napas, (ditandai dengan) cuping hidung bergerak. Berarti dia sesak. Bila disertai dengan batuk dan demam segera hitung berapa kali napas dalam satu menit," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemkes), dr H.M. Subuh, MPPM kepada Health-Liputan6.com ditulis Sabtu (12/10/2016).
Advertisement
Bila dalam satu menit napas balita lebih dari 60 kali, itu merupakan suatu pertanda anak perlu dibawa ke pusat kesehatan masyarakat atau dokter. "Sehingga tidak terjadi keterlambatan, anggota keluarga bisa menolong dan menghindari dari kematian," kata Subuh.
Di Indonesia, pneumonia masih menjadi penyebab kematian balita terbanyak kedua setelah diare berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2007 dan 2013.