Liputan6.com, Jakarta Masing-masing orangtua punya mimpi si Kecil menjadi orang yang sukses. Sayang, mereka pikir untuk mencapai aspirasi tersebut hanya dengan memperdalam ilmu sains saja. Kegiatan belajar di belakang meja, baca buku selama berjam-jam, ditambah pelajaran tambahan sepulang sekolah.
Psikolog Keluarga Roslina Verauli menjelaskan, riset terbaru menunjukkan bahwa ketika anak dipaksa belajar terus menerus tanpa jeda, tidak ada keseimbangan dengan melakukan kegiatan aktif seperti bermain atau olahraga, bakal memunculkan keluhan-keluhan yang tidak mengenakkan untuk fisik anak.
"Jadi gampang sakit kepala, kurang konsentrasi, sedikit lebih agresif, mengganggu di kelas, dan itu merupakan riset dari sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di departemen di Amerika sana," kata Vera di MILO Champ Squad Center Siap Dukung Orangtua Pantau Aktivitas dan Nutrisi Anak di Jakarta, ditulis Sabtu (19/11/2016)
Advertisement
Dari hasil riset tersebut diketahui bahwa setelah anak diberi jeda dalam bentuk kegiatan sport, aspirasi yang diinginkan oleh orangtua jadi terwujud. Anak bisa diajak kerjasama, anak bisa bekerja tim, anak siap ditunjuk menjadi leader atau pengikut, dan mereka memiliki komitmen dengan pencapaian pribadinya.
"Ingat, di usia enam tahun ke bawah, kegiatan aktif anak adalah bermain. Di usia enam, tujuh, dan 12 tahun kegiatan bermain anak lebih terstruktur dan tetap fun," kata Vera menambahkan.