Liputan6.com, Jakarta Keterlambatan berbicara pada anak merupakan kondisi yang sudah tidak langka lagi lantaran semakin banyak orangtua yang tercatat memiliki anak dengan kondisi tersebut. Pasalnya, orangtua menjadi khawatir saat anak tak mampu melontarkan apa pun di usia yang secara universal telah dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan berbicara si buah hati.
Alhasil, banyak orangtua memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter khusus anak yang tentunya akan menyarankan pasien untuk mengikuti sesi terapi wicara. Terapi ini sangatlah penting karena tidak hanya membantu memotivasi anak untuk beranikan diri berbicara saja, namun juga membantu mengasah ketrampilan otaknya melalui pengenalan pada huruf dan angka.
Advertisement
Baca Juga
Di AMG Clinic, (Klinik Anak Berkebutuhan Khusus & Klinik Psikologi), yang berlokasi di Cawang, Jakarta Timur, salah satu terapi dengan cara melatih anak berbicara dengan bermain tebak kartu angka dan huruf.
Namun, pendiri AMG Clinic, Kurnia Rita menekankan, terapi wicara bukan mengajarkan angka dan huruf sedini mungkin, melainkan mengajarkan vokal kepada anak.
"Pada akhirnya, anak dapat nilai plus, kenal huruf dan berhitung angka. Aktivitas terapi bermain sambil belajar bukan belajar yang fokus. Makanya, banyak orangtua kaget, setelah terapi wicara, anaknya jadi pintar sekali," ungkapnya saat berbincang dengan Health-Liputan6.com, Selasa, 22 November 2016, ditulis Rabu (23/11/2016).
Laporan Kemajuan Anak
Aktivitas anak yang sedang diterapi di AMG Clinic, seperti bermain kartu angka dan huruf bisa disaksikan lewat layar CCTV di luar ruangan. Selain itu, orangtua mendapatkan laporan kemajuan anak tiap kali terapi dan hasil evaluasi tiga bulan sekali, apakah anaknya sudah bisa vokal angka dan huruf.
Bila ada orangtua yang menyaksikan anaknya tidak mengalami kemajuan berbicara. Para terapis memberikan gambaran kepada orangtua, terapi wicara membutuhkan proses.
Untuk itu, jadwal terapi wicara harus dijalankan disiplin. Jadwal disesuaikan dengan waktu efektif anak. Hindari lakukan terapi pada jam-jam kantuk.
Jadwal orangtua yang tidak bisa mengantar anaknya ke klinik bukan menjadi alasan anak tidak bisa ikuti terapi.
"Kami (terapis) tidak standby di sini (klinik) saja tapi keluar visit ke rumah klien. Jadi, tidak ada alasan, orangtua tidak bisa mengantar atau tidak sempat ke klinik karena macet," ujar Rita.