Liputan6.com, Birmingham Seorang pria berusia 57 tahun terkena stroke tak lama usai menenggak minuman energi. Sekitar 15 menit usai menghabiskan minuman energi tersebut, pria ini gemetar, kesemutan, dan mati rasa di bagian kanan tubuh.
Segera saja dia dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Dari hasil CT scan, rupanya ada pendarahan kecil di otak yang mengancam jiwa.
Beruntung seorang ahli bedah dari pusat stroke University of Alabama di Birmingham, Amerika Serikat bisa mengatasi kondisi yang mendera pria yang dirahasiakan identitasnya.
Advertisement
Anehnya, pria tersebut tetap melaporkan dirinya kesemutan, bergetar, dan mati rasa selama satu bulan setelah serangan stroke tersebut, seperti dilaporkan dalam American Journal of Emergency Medicine.
Setelah ditelusuri, pasien ini memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan punya risiko terkena penyakit pembuluh darah.
Â
Dari kejadian ini, penulis jurnal, dokter Anand Venkatraman mengingatkan masyarakat untuk lebih perhatian terhadap kondisi fisik tubuh saat konsumsi minuman energi. Sebab minuman ini berpotensi membuat otak bekerja keras melawan tingkat kafein yang tinggi dan memicu tekanan darah meningkat.
"Pria ini melaporkan gejala stroke muncul setelah 15 menit mengonsumsi minuman berenergi. Saat itu adalah kali pertama kali mengonsumsi minuman berenergi," kata Venkatraman yang merupakan mahasiswa residen Departeman Saraf di University of Alabama.
Venkatraman mengatakan bahwa minuman berenergi mengandung tingkat kafein tingkat tinggi. Selain itu ada ditambahkan pula kandungan lain bahan lain yang berpotensi meningkatkan tekanan darah.
"Salah satu kandungan mirip dengan amphetamines yang dikenal mampu menstimulasi sistem saraf simpatik," kata Venkatraman mengutip Daily Mail, Selasa (29/11/2016).
Sistem saraf simpatik bertugas mengatur respon tubuh. Jadi ketika menghadapi situasi yang berbahaya, tubuh akan merespon misalnya dengan dengan meningkatkan tekanan darah sehingga aliran darah meningkat.
"Bagi pasien yang berisiko terkena penyakit vaskular, peningkatan tekanan darah berbahaya. Saat terjadi peningkatan tekanan darah, pembuluh darah melemah yang bisa berujung pecah," kata Venkatraman.
Berdasarkan kejadian ini, Venkatraman juga mengimbau konsumen agar mengetahui kandungan minuman energi. Lalu, pastikan juga minum sesuai rekomendasi produsen, jangan berlebih.
"Saya tidak anti minuman energi. Namun saya mengingatkan konsumen untuk membaca label sebelum minum. Jangan mengambil risiko yang tidak perlu dengan kesehatan Anda," pesan Ventakatraman.