Liputan6.com, Jakarta Indra penciumanan yang menurun bisa jadi tanda pertama dari penyakit Alzheimer, bukan hilangnya memori, demikian menurut studi.
Para peneliti di Masachusetts General Hospital, Amerika Serikat, telah mengembangkan metode yang dapat mengidentifikasi risiko seseorang untuk memiliki penyakit tersebut. Metode tersebut berdasarkan kemampuan mereka dalam mengenali dan mengingat bau.
Baca Juga
Pemimpin penelitian, Dr. Mark Albers, mengatakan sejauh ini, indra penciuman yang terhalang akibat penyakit Alzheimer, bisa dideteksi satu dekade sebelum pasien mulai mengalami kehilangan memorinya, seperti dikutip dari Independent, Selasa (6/12/2016).
Advertisement
"Ada semakin banyak bukti bahwa neurodegenerasi di balik penyakit Alzheimer, dimulai setidaknya sepuluh tahun sebelum timbulnya gejala memori,” katanya.
Studi menganalisis 183 pasien yang dianggap memiliki peningkatan risiko untuk mengembangkan penyakit tersebut. Para peneliti menemukan, mereka yang mengalami tanda-tanda awal Alzheimer, lumayan sulit untuk dapat mengidentifikasi atau mengenal bau.
Untuk mencapai temuan tersebut, pertama, para peserta diuji mengenai seberapa baik mereka dapat mengenali bau dari sepuluh aroma yang disajikan para peneliti. Mulai dari bau mentol, cengkeh, kulit, stroberi, bunga lilac, nanas, asap, anggur, sabun, anggur, atau lemon.
Setelah mencium baunya satu-persatu, para peneliti lalu bertanya pada para peserta, jika ada bau yang akrab di hidungnya. Para peserta juga diminta untuk memilih nama dari empat aroma yang sudah dicium sebelumnya.
Selanjutnya, para peserta diberikan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan mengenai aroma yang baru saja mereka hirup. Hal ini bertujuan untuk menguji kesadaran dan memori mereka akan bau. Dan terakhir, untuk menguji seberapa baik para peserta dalam membedakan aroma-aroma tersebut, mereka diberikan dua pilihan dan ditanya oleh para peneliti, apakah aroma tersebut sama atau berbeda.
Hasilnya, penelitian ini mampu mengindentifikasi peserta yang scan otaknya menunjukkan tanda-tanda khas dari penyakit Alzheimer, murni berdasarkan indra penciuman mereka.
“Hal ini juga diakui, bahwa diagnosis dan intervensi dini adalah strategi terapi yang paling efektif untuk mencegah timbulnya atau berkembangnya gejala penyakit Alzheimer,” ujar Albers.
Ia menambahkan, “jika hasil ini terus bertahan, cara murah dan skirining non-invasif ini, bisa membantu kami untuk mengidentifikasi terapi terbaik untuk mencegah berkembangnya gejala dari penyakit yang tragis ini.”