Liputan6.com, Jakarta Tampil tanpa menggunakan jas putih yang identik dengan dokter, tak banyak orang percaya bahwa wanita kelahiran 29 Maret ini ialah seorang dokter di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI).
Bukan sekali dokter cantik Corrie Mary Milka Inkiriwang, diragukan profesinya. Bahkan beberapa waktu lalu saat ingin membantu penumpang sesak napas di dalam pesawat, dirinya hampir ditolak awak kabin lantaran mereka tak percaya bahwa ia adalah dokter sungguhan.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka (awak kabin) sampai meminta ID dokter aku. Mereka enggak percaya kalau aku ini dokter," ujarnya saat berbincang oleh Health-Liputan6.com, Kamis lalu di kediamannya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Memang pantas jika banyak orang tak percaya, sebab fisik yang dimiliki Milka, sapaan hangatnya, lebih mendukung untuk menjadi foto model, presenter, atau artis ibu kota. Namun, bukan karena paras yang cantik saja, keindahan fisik dan tahun kelaihran Milka rasanya tak sesuai. Dokter cantik ini terlihat awet muda.
"Aku kelahiran tahun '80, tapi banyak orang yang enggak percaya. Kata orang-orang enggak kelihatan kalau aku kelahiran segitu. Ta enggak apa-apa dong, berarti aku awet muda," katanya sambil tersenyum.
Sudah enam tahun Milka bekerja di Lemhannas RI sebagai dokter umum. Banyak suka dan duka yang dilalui wanita dengan tinggi 161 centimeter ini untuk dapat mencapai titik kesuksesan karir.
Milka memang berasal dari latar belakang keluarga dokter. Ibunda tercinta juga seorang dokter anak yang masih aktif praktik hingga kini. Beberapa sanak saudaranya pun berprofesi sebagai dokter. Namun, ia mengaku bahwa cita-cita sebenarnya bukan untuk mengikuti jejak sang ibu.
“Tadinya aku pingin jadi pramugari, karena dulu waktu kecil kan suka diajak ke luar negeri sama orangtua. Aku ngeliatnya jadi pramugari kok enak banget sih bisa jalan-jalan keluar negeri enggak perlu bayar dan aku juga punya tante yang pramugari dan oom pilot. Tapi, mamaku bilang mendingan jadi dokter, kalau jadi dokter toh juga bisa minta keluar negeri kayak studi atau yang lainnya gitu kan. Ya udah akhirnya pelan-pelan aku coba,” tutur wanita yang hobi travelling ini.
Butuh waktu bagi Milka, untuk menumbuhkan keberanian menjalani pendidikan dokter. Sebab, wanita lajang ini memiliki banyak ketakutan, seperti takut dengan darah hingga mayat. Namun, ketakutannya berhasil ia ubah. Menurut dokter cantik lulusan Universitas Sam Ratulangi, Manado ini, semakin takut seseorang terhadap suatu hal maka semakin berpotensi hal itu menjadi kenyataan.
Semangati pasien anak yang sekarat
“Pasien berumur 12 tahun itu mengalami penyakit imunologis, keadaannya dia jadi ngedrop karena ibunya ya kurang kasih semangat. Aku paling benci kalau orangtua nangis-nangis di depan anak yang lagi kritis karena membuat anak jadi merasa bersalah,” ungkap Milka.
Dokter cantik ini bercerita bahwa saat ko-as ia pernah merawat anak perempuan yang sudah kritis. Sayangnya orangtua anak tersebut tidak bisa membangkitkan semangat hidup anaknya hingga membuat si anak semakin hari semakin menurun kondisinya.
Menurut Milka, psikologis pasien yang sakit parah itu sangat mudah terguncang. Keluarga terdekat seharusnya selalu memberi semangat dan tidak boleh menampakkan kesedihannya di depan pasien, khususnya pasien anak.
Setiap pagi Milka bertugas mengunjungi pasien rawat inap, termasuk anak itu. Ia tak pernah lupa mengawali aktivitasnya dengan berdoa. Tak lupa juga ia mendoakan anak perempuan itu.
“Dokter pendamping aku waktu itu lagi enggak jaga bangsal anak, aku sendirian jaga dia. Tapi dokter itu bilang, ‘Milka hati-hati ya anak ini tensinya udah ngedrop dia kayak lagi enggak nafsu hidup juga,” Milka menceritakan kembali.
Saat itu Milka hanya bisa berdoa, meminta sepenuh hati kepada Tuhan untuk memberikan kesehatan dan kehidupan yang lebih lama untuk anak tersebut.
“Aku berdoa untuk Tuhan jangan mengambil anak ini, kalau tangan aku bisa memberikan dia pencerahan atau kehidupan lagi aku akan memberikan,” kata wanita yang tertarik dengan budaya Jepang, terutama tentang Geisha ini.
Selama satu minggu Milka berusaha memberikan perawatan dan pemantauan khusus kepada anak tersebut. Wanita cantik ini tidak sungkan untuk mengajak pasien anak itu berkomunikasi, bercerita, memberi semangat, menyuapi makanan, hingga memberikan hadiah-hadiah kecil.
“Kalung name-tag aku dulu itu `Princess` gitu kan dari mamaku. Kebetulan juga aku suka yang berbau princess-princess gitu dan pada satu waktu anak ini bilang sambil nunjuk-nunjuk tali aku. Aku cuma bilang, ‘Kamu mau? Kalau mau, sembuh dulu nanti aku kasih, aku kasih semua yang lainnya juga asal kamu sembuh dulu,`” ujar Milka kepada anak itu.
Merawat anak itu membuat Milka sulit tidur dan terus memikirkan pasien anak yang malang itu. Terutama ketika di suatu siang kala kondisi anak tersebut dikatakan kritis kembali. Tak putus Milka berdoa. Sampai pada akhirnya Tuhan menjawab doa Milka.
“Itu keajaiban sih... Siang-siang anak itu dibilang kritis tapi jam empat pagi aku rolling mau tensi, nah ke dia dulu. Aku kaget pas lihat dia udah mandi, lagi disisirin, pakai lipgloss tapi udah senyum, udah sehat banget. Sampai saat ini kejadian itu enggak pernah aku lupain dan dia yang ngebuat aku sampai sekarang meneruskan untuk menjadi dokter,” ujarnya sambil tersenyum.
Advertisement
Gagal spesialisasi
Usai lulus dokter umum, Milka berencana untuk mengambil spesialisasi jantung. Keinginannya tumbuh saat ia menjalani ko-as di bagian jantung.
“Kalau ngelihat pasien sekarat tuh aku bawaannya pengin banget buru-buru nyelametin. Dan jantung itu kan salah satu sudden death disease (penyakit kematian mendadak). Nah, aku pengen bagaimana orang-orang itu mencegah agar enggak jadi sudden death,” katanya.
Namun rencana Milka tinggal rencana, saat mempersiapkan berkas untuk mengambil spesialisaasi di Universitas Indonesia, wanita berdarah Manado ini dipertemukan oleh teman sang ayah yang mengajak ia bekerja di Lemhannas.
“Jadi waktu itu kebetulan papa aku kerja di Lemhannas dan lagi ada acara halal bihalal, nah istrinya gubernur Lemhannas itu nanya aku mau jadi apa. Eh, aku enggak tahu apa-apa tahunya beliau-beliau itu ngomong sama papaku supaya aku kerja jadi dokternya Lemhannas aja," ungkap wanita yang cinta dengan keindahan Jepang ini.
Selama dua bulan Milka dibujuk untuk mengikuti tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk menjadi tenaga ahli di Lemhannas. Sementara Milka keukeuh untuk melanjutkan pendidikannya. Namun, wanita berkulit putih itu akhirnya mengalah dan mengikuti kehendak kedua orangtuanya.
Meski gagal mengambil spesialisasi, beruntungnya Milka pada 2015 lalu ia berhasil lulus S2 dari Universitas Indonesia dengan program studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Bahkan kini wanita yang hobi membaca ini mendapatkan beasiswa di Management and Science University di Selangor, Malaysia.
Suka duka di Lemhannas
Enam tahun sudah Milka berkarir sebagai dokter umum di Lemhannas. Dan selama itu juga ia mendapatkan suka dan duka bekerja dalam institusi yang berdiri di bawah koordinasi Menteri Pertahanan itu.
“Sukanya di Lemhannas itu kita bisa kenal banyak orang hebat. Aku jadi bisa memperluas link (jaringan) seperti anggota-anggota daerah bahkan sampai pengusaha-pengusaha sukses Indonesia yang ada di luar negeri,” ujar wanita yang tidak suka sushi ini.
Selain dikenal banyak orang, Milka juga mengaku mendapatkan pengetahuan yang sangat luas tentang Indonesia dan nilai nasionalisme.
“Aku banyak belajar tentang nasionalisme dan jiwa kenegaraannya itu lebih terpupuk ya.. Kalau di luar negeri ya pasti aku enggak segitu-gitunya pasti,” ungkapnya.
Kegiatan sehari-hari Milka tidak lain ialah mengobati pasien yang datang ke klinik Lemhannas. Dengan seorang teman dan rekan farmasi lainnya, Milka selalu menjadi dokter favorit yang dicari para pasien. Tak sedikit pasien yang ingin memeriksakan dirinya ke dokter cantik ini.
Tapi bukan berarti kehidupan Milka mulus-mulus saja. Ia mengaku kurang bisa mengembangkan dirinya dengan kegiatan lain di luar lingkungan Lemhannas.
“Ya gimana mau aktivitas di luar juga ya mbak, jam 5 pagi aja aku udah harus berangkat ke kantor, mulai praktik jam 08.00 pagi sampai jam 16.00. Setiap hari seperti itu,” katanya.
Kedukaan yang lainnya ialah cibiran yang datang menganggu kenyamanan dan ketenangan Milka. Apalagi dokter cantik ini sering tampil sebagai pemandu acara di dalam lingkungan Lemhannas. Wajar bila mungkin banyak orang iri dengan kelebihan sosok Milka.
“Ya wajar sih kalau kita bekerja ada yang like and dislike. Cuma aku mah pikirannya positif aja. Aku selalu ingat ucapan mama papa untuk menjadi diri sendiri. Karena semakin tinggi pohon, semakin kencang juga anginnya, yang penting di arah yang positif aja ya,” tutup dokter cantik ini.
Advertisement