Liputan6.com, Jakarta UPT Puskesmas Kopo punya satu gerakan yang diberi nama Katresna Sadaya. Tujuan dibuatnya gerakan ini untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, juga menghilangkan kepercayaan terhadap dukun beranak.
Terbukti, dukun beranak yang semula berjumlah 14 orang, turun drastis menjadi hanya dua orang. Tidak sekadar membuat gerakan Katresna Sadaya, dokter dan suster di Puskesmas Kopo juga berupaya mengedukasi para dukun beranak mengenai bahaya persalinan yang tidak ditangani oleh tim medis.
Dalam gerakan Katresna Sadaya, seluruh ibu hamil didata dan diberikan sosialisasi buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Kemudian, mereka diajak memeriksakan kehamilan dan disarankan melahirkan di rumah sakit, bukan di dukun beranak.
Advertisement
“Jadi, penyakit ibu hamil dapat terdeteksi dini. Bila ibu hamil punya penyakit, kami akan langsung menangani atau dirujuk ke rumah sakit besar. Ternyata gerakan yang kami lakukan berhasil, ibu dan anak selamat. Angka kematian juga menurun,” kata dr Intan.
Secara perlahan, ibu hamil menyadari persalinan medis dinilai mampu memberikan keselamatan dibanding dukun beranak. Dr Intan menambahkan, jumlah dukun beranak yang berada di sekitar puskesmas jadi menurun.
Sasaran dari gerakan Katresna Sadaya dilakukan langsung ke ibu hamil. Seiring waktu, ibu hamil tidak lagi mempercayai dukun beranak. Dan kejadian yang pernah menimpa E pada 2011 tidak terulang kembali.