Sukses

Positif HIV, Bogim Tak Malu Melatih Anak-Anak Main Sepak Bola

HIV positif yang bersarang di tubuhnya memang sempat membuat Bogim putus asa tapi ia teringat kata-kata sang ayah untuk jalani hidup normal.

Liputan6.com, Bandung, Jawa Barat Langit berawan tampak bersahabat tatkala kami tiba di area Taman Film di bawah Jalan Layang Pasupati, Bandung, Jawa Barat. Tujuan kami bukan menonton film di Taman Film, melainkan bertemu komunitas ODHA Rumah Cemara, pengidap HIV/AIDS.

Kami bertemu mereka di lapangan futsal, tepat berada di bawah Taman Film. Dari belasan ODHA yang hadir, mata kami tertuju pada seorang lelaki berkulit hitam manis. Ia mengenakan seragam biru futsal bertuliskan Futsal Kota Bandung (FKB).

Namun, yang mencolok dari dirinya adalah tato yang terlukis di sepanjang lengan kirinya. Dialah Bogim Sofian, 35 tahun, yang menyapa kami dengan ramah.

Ia pun tak malu menuturkan kisah perjalanan hidupnya meski dirinya harus mengorek kisah masa lalu yang begitu kelam. Selama perjalanan hidup, Bogim tak pernah menyangka dirinya HIV positif.

Pertama kali didiagnosis

Hidupnya berubah pada 2005 saat didiagnosis mengidap HIV positif. Sejak saat itu, orang-orang yang mulai tahu Bogim positif HIV memberikan pandangan negatif.

"Dulu sih stigma dibeda-bedakan dan dipandang aneh masih kencang. Tapi sekarang mulai bergeser. Orang-orang mulai menghargai apa yang saya alami dan pikirkan. Saya juga perlahan-lahan menerima cara berpikir orang lain," kata Bogim saat diajak berbincang santai pada Sabtu (10/12/2016) sore.

Bogim menceritakan dirinya mengidap HIV sebagai pengguna jarum suntik aktif dari SMA, sekitar tahun 1998. Selain itu, ia sudah punya kebiasaan minum minuman keras sejak kelas 6 SD. Puncak kesadarannya sebenarnya sudah terjadi pada tahun 2003.

Lima orang sahabat dekat, yang sesama pengguna jarum suntik meninggal akibat HIV. Sebelum meninggal, salah seorang sahabatnya menyarankan Bogim untuk menjalani tes HIV. Gerakan hati yang ingin tahu dan persiapan mental membuatnya merenung.

Selama dua tahun, Bogim merenung dan mengumpulkan keberanian ikut tes HIV. Ia baru ikut tes HIV di rumah sakit pada 2005.

2 dari 3 halaman

Ingin bunuh diri

Ingin bunuh diri

Segala persiapan mental selama dua tahun ternyata tetap membuat dirinya rapuh. Usai didiagnosis HIV positif, Bogim sempat frustasi bahkan ingin bunuh diri. Apalagi mengingat hidup yang dijalani Bogim penuh dengan jarum suntik dan kematian sahabat-sahabatnya.

Bayangan hidup Bogim yang takut diusir dari rumah menjadi kekhawatirannya. Bahkan ia memerlukan waktu beberapa bulan untuk memberitahukan kepada keluarganya.

Bogim memberikan informasi HIV positif melalui media sepak bola (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Saat keluarga mengetahui Bogim idap HIV, sang ayah langsung memeluknya.

"Waktu itu bapak saya bilang, 'Maafkan Bapak tidak bisa mengurus kamu dan saudara-saudara kamu dengan baik. Kamu jadi tidak sehat. Semoga kamu hidup lebih layak. Tidak lama mengatakan hal itu, bapak saya meninggal kena serangan jantung," ujar Bogim, yang hampir menangis.

3 dari 3 halaman

Jalani hidup normal

Jalani hidup normal

Yang membuat Bogim bahagia menjalani kehidupan sehari-hari adalah kata-kata dari sang ayah sebelum meninggal dunia. Motivasi itulah yang terpahat di hati Bogim untuk menjalani hidup normal layaknya orang-orang sehat lainnya.

Bogim rajin berolahraga, istirahat yang terattur, dan menjaga pola makan. Di mata anak-anak komunitas ODHA Rumah Cemara, Bogim termasuk sosok yang terkenal. Ia melatih anak-anak bermain sepak bola.

"Saya lebih banyak melatih anak-anak sepak bola. Dari sepak bola, saya berikan informasi soal HIV/AIDS agar mereka tidak terjerumus seperti saya. Sebenarnya, saya juga melakukan pekerjaan apapun yang bisa dilakukan. Pernah juga saya bisnis jual beli dan bisnis ternak," kata dia menjelaskan.

Bogim sempat berpikir bunuh diri setelah didiagnosis menderita HIV positif (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Di tiap pesan yang diberikan, Bogim selalu berulang-ulang mengatakan, jauhi virusnya bukan orang (para pengidap ODHA).

"Untuk teman-teman ODHA, jangan pernah putus asa. Yang penting adalah jangan kubur harapan dan cita-cita kalian," kata Bogim menekankan

  • HIV atau Human Immunodeficiency Virus menyerang sistem kekebalan tubuh, yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi.

    HIV

  • HIV/AIDS

  • ODHA